Habib Jindan

Habib Jindan: Ramadan Urus Akhirat, Bukan Politik

hancau – Pimpinan Yayasan Al-Fachriyah Ciledug Tangerang, Al Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan dalam ceramahnya di Masjid Namira, Tebet Jakarta Selatan belum lama ini menyampaikan nasihat indah seputar Ramadan.

Kata Habib Jindan, turunnya Alquran di bulan Ramadhan itu dari Lauhul Mahfudz ke Baitul ‘Izza, dan itu terjadi di bulan Ramadan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar.

Sebagaimana firman Allah dalam Alquran, “Sesungguhnya Kami telah Menurunkannya (Alquran) pada Malam Lailatul Qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para Malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai Terbit Fajar.” (QS. Al-Qadar)

“Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa yang mendapat taufiq 10 tahun, 12 tahun berturut-turut bisa beribadah di malam Lailatul Qadar, maka itu sama seperti 1.000 bulan mengalahkan Lailatul Qadar. Tidak dibilang sama, tetapi lebih baik dari 1.000 bulan,” jelas Habib Jindan seperti dilansir Sindonews, Selasa (27/4).

Habib Jindan melanjutkan, di bulan Ramadan ini umat Islam punya banyak agenda. Di antaranya salat, puasa, mengeluarkan zakat, kemudian tilawah Quran, sedekah, infaq, i’tikaf. Itu semua adalah agenda Ramadan. Berbagi rezeki kepada masyarakat, lingkungan, keluarga itu adalah agenda Ramadan.

Puasa zahirnya jelas jaga diri dari makanan, jaga diri dari minuman, jaga diri dari ghibah, dan lain sebagainya. Kemudian batinnya puasa adalah menjaga diri dari perbuatan maksiat, menjaga diri dari perbuatan dosa.

“Makanan halal, kalau siang hari bulan Ramadan jadi haram. Minuman halal, kalau siang hari di bulan Ramadan jadi haram. Bagaimana halnya sesuatu yang asalnya haram, bergosip haram, berdusta haram, mencaci haram, namimah provokasi haram, melihat hal-hal yang porno haram, mencuri haram, salaman dengan yang bukan mahram haram. Mau bulan Ramadan atau pun bukan bulan Ramadhan, diharamkan,” kata ulama yang pernah menimba ilmu di Hadramaut, Yaman ini.

Mengenai amal ibadah, kata Habib Jindan, di bulan Ramadan amal ibadah dilipatgandakan 70 kali lipat sebagaimana dalam hadits, amalan sunnah digandakan 70 kali lipat seperti fardhu. Amalan fardhu digandakan 70 kali lipat seperti fardhu di luar bulan Ramadhan. Begitu juga jika berpapasan dengan malam Lailatul Qadar. Ada orang yang sedang baca Qur’an seperti membaca Quran 1.000 bulan, sedekah 1.000 bulan, sujud 1.000 bulan, salat 1.000 bulan.

“Nah ini nonton sinetron 1.000 bulan, ngegosip 1.000 bulan, ngatain orang 1.000 bulan, fitnah 1.000 bulan, berbohong 1.000 bulan, mencuri 1.000 bulan,” katanya.

Makanya kalau di bulan Ramadhan dikumandangkan panggilan di pagi dan sore hari. Apa panggilan tersebut? “Menyadarkan kita, tapi kita gak dengar dengan kuping kita. Buka hati, bayangkan dengan hati kita sehingga hati kita dengar apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dikumandangkan panggilan selama bulan Ramadan, wahai pencari kebaikan datanglah, ini waktunya, ini masanya, ayo mendekat, ayo jalankan wahai pencari kebaikan. Wahai orang yang masih mau bikin jahat, stop, ayo tobat,” ajaknya.

Habib Jindan juga mengimbau umat Islam agar tidak tidak sibuk berpolitik di bulan Ramadan. “Berbulan-bulan kita dirusak sama politik, masa’ bulan Ramadan mau dirusak juga sama politik. Enggaklah. Ngurusin presiden buat 5 tahun apa ngurusin Ramadan buat tiket akhirat kita? Wallahi, ngurusin Ramadan buat tiket akhirat kita,” katanya.

Amalnya seharusnya lebih baik, puasa lebih baik, tarawih lebih baik, tahajjud lebih baik daripada apa yang disibukkan oleh manusia. “Kita menangis di masjid, kita menangis di sujud, kita menangis di sajadah. Tarawih jangan kalah, niat selama bulan Ramadhan jangan luput tarawih satu kali pun juga. Selama bulan Ramadhan jangan luput salat berjamaah sekali pun. Jika ini kita lakukan, maka Maa Syaa Allah ini setiap waktu kita pemenang,” terang Habib Jindan.

Kemudian di bulan Ramadhan jaga puasa dari yang haram, dari yang dimurkai Allah. Ghibah, namimah, fitnah, makanan yang haram. Nabi SAW bersabda (yang artinya): “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari No. 1903)

Agenda Ramadan sedekah, jangan pelit. Kasih orang berbuka puasa, kasih makan orang yang berinfaq. Itu dilipatgandakan pahalanya oleh Allah. “Yang kasih makan orang yang berbuka puasa dia mendapatkan pahala itu orang tanpa mengurangi pahalanya. Kasih makan orang yang berbuka puasa,” jelasnya.

Kemudian agenda Ramadan yaitu i’tikaf di masjid, memakmurkan masjid. “Mari kita introspeksi diri kita. Perbanyak sujud, perbanyak keluarin air mata di bulan Ramadan. Kita gak tahu mungkin ini Ramadhan terakhir kita. Bahkan tahun depan kita belum tentu bisa ketemu bulan Ramadhan.

Mudah-mudahan Allah berikan kita Taufiq agar bisa menangis saat membaca Alquran, menangis saat sujud, menangis dalam rakaat yang kita jalankan. Tangisan yang ikhlas karena Allah Subhaanahu Wa Ta’ala,” tutup Habib Jindan.

Editor:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *