10 Amalan Sunah Saat Ramadan, Yuk Amalkan

apahabar.com, BANJARMASIN – Terdapat 10 amalan sunah saat Ramadan untuk menambah pahala wajib.

Antara lain seperti dinukil dari Kitab Nihayah al-Zain fi Irsyad al-Mubtadi’in (Darul Fikr, Beriut, Cetaka I, h.194), ditulis Syekh Muhammad ibnu Umar Nawani al-Banti (w.1316).

Nukilan itu ditulis M Tatam Wijaya dalam narasi yang dilansir nu.or.id.

Ada pun 10 amalan sunah saat Ramadan itu antara lain:

1. Makan Sahur

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

Artinya, “Bersantap sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan,” (HR al-Bukhari).

Aktivitas sahur sendiri tercapai dengan menyantap sesuatu walaupun hanya sedikit atau hanya seteguk air. Waktunya adalah selepas tengah malam.

Utamanya, ia diakhirkan selama tidak sampai masuk waktu yang diragukan: apakah masih malam atau sudah terbit fajar.

Dalam hadis lain, Rasulullah menandaskan:

لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا أَخَّرُوا السَّحُورَ وَعَجَّلُوا الْفِطْرَ

Artinya, “Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka,” (HR Ahmad).

2. Menyegerakan Berbuka Saat Waktu Tiba

Dilakukan setelah yakin masuk waktu maghrib. Disunnahkan memakan kurma.

Jika tidak ada, hendaknya dengan air, berdasarkan hadis Rasulullah:

إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا، فَلْيُفْطِرْ عَلَى التَّمْرِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدِ التَّمْرَ، فَعَلَى الْمَاءِ فَإِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ

Artinya, “Jika salah seorang berpuasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma, maka dengan air. Sebab, air itu menyucikan,” (HR Abu Dawud).

Urutan sebaiknya, pertama dengan kurma basah (ruthab) jika ada.

Jika tidak, maka dengan kurma kering (tamar). Jika tidak, maka dengan air.

Sebuah riwayat menyebutkan, sebelum salat maghrib, Rasulullah saw. selalu berbuka dengan kurma basah.

Jika tidak ada, beliau berbuka dengan kurma kering.

Jika tidak ada, beliau berbuka dengan air putih.
Bagaimana seandainya tidak ada kurma dan air, yang ada misalnya madu dan susu, maka dahulukanlah madu walaupun sama-sama manis.

3. Membaca Doa

Membaca doa dimaksud yakni doa yang ma‘tsur sebelum atau setelah berbuka.

Antara lain dengan doa berikut:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلَتُ ذَهَبَ الظَّمَأُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ يَا وَاسِعَ الْفَضْلِ اِغْفِرْ لِي اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ

Artinya, “Ya Allah, hanya untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, hanya kepada-Mu aku bertawakal. Sungguh, rasa haus sudah sirna, urat-urat sudah basah, dan balasan sudah tetap, insya Allah. Wahai Dzat yang maha luas karunia-Nya, ampunilah aku. Segala puji hanya milik Allah Dzat yang telah memberiku petunjuk, hingga aku kuat berpuasa. Lalu Dia memberiku rezeki, hingga aku bisa berbuka.”

Atau dengan doa yang lebih pendek dan masyhur:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Artinya, “Ya Allah, hanya untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, berkat rahmat-Mu, wahai Dzat yang maha penyayang di antara para penyayang.”

4. Mandi Besar

Mandi besar dimaksud yakni mandi junub, haid, atau nifas sebelum terbit fajar agar bisa menuanikan ibadah dalam keadaan suci, di samping khawatir masuk air ke mulut, telinga, anus, dan sebagainya jika mandi setelah fajar.

Kendati tidak bersedia mandi seluruh tubuh sebelum fajar, hendaknya mencuci bagian-bagian tersebut (yang sekiranya rawan masuk air) disertai dengan niat mandi besar.

5. Menahan Lisan

Menahan lisan dimaksud yakni memelihara lisan dari perkara-perkara yang tak berguna.

Apalagi lisan yang mengandung perkara haram. Seperti berbohong dan mengumpat.

Alasannya, karena semuanya akan menggugurkan pahala puasa.

6. Menahan Diri

Menahan diri dimaksud yakni menahahan dari segala hal yang tak sejalan dengan hikmah puasa, meskipun itu tidak sampai membatalkan.

Contohnya, seperti berlebihan dalam mengadakan makanan atau minuman, bersenang-senang dengan perkara-perkara yang sejalan dengan keinginan dan kepuasan nafsu.

Baik itu yang didengar (seperti musik), ditonton, disentuh, diraba, dicium, dan sebagainya.

7. Perbanyak Sedekah

Perbanyak sedekah dilakukan baik kepada keluarga, kaum kerabat, maupun tetangga.

Berilah mereka makanan secukupnya. Kendati tidak ada, jangan sampai luput walau hanya seteguk air atau sebiji kurma.

Seperti hadis Rasulullah saw.:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، إِلَّا أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ

Artinya, “Siapa saja yang memberi makanan berbuka kepada seorang yang berpuasa, maka dicatat baginya pahala seperti orang puasa itu, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa tersebut,” (HR Ahmad).

Selain itu, juga sebaiknya memperbanyak baca Al-Quran, belajar Al-Quran, menuntut ilmu, berdzikir, berbuat baik di mana pun, walaupun saat berada di jalan.

Dasarnya adalah Rasulullah SAW selalu memeriksa hapalan Al-Quran-nya kepada malaikat Jibril setiap malam di bulan Ramadhan.

8. Perbanyak I’tikaf di Masjid

Sebaiknya dilakukan sebulan penuh. Jika tidak, sepuluh malam terakhir diutamakan.

Sebab, jika memasuki sepuluh malam terakhir, Rasulullah SAW selalu menghidupkan malam, membangunkan keluarganya.

Rasul juga mengencangkan ikat pinggang sebagai bentuk kesiapan menjalankan ibadah.

9. Mengkhatamkan Alquran

Dilakukan setidaknya sekali selama bulan Ramadan.
Maksimalnya tentu sebanyak-banyaknya, seperti para ulama terdahulu.

Bahkan, setiap bulan Ramadan, Imam al-Syafi‘i mengkhatamkannya hingga 60 kali.

10. Istiqamah

Istiqamah dalam menjalankan amaliah Ramadaan dan melanjutkan amaliah-amaliah tersebut di bulan-bulan berikutnya. Wallahu ‘alam.

Editor:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *