Jelang Ramadan, Ini 13 Makam yang Jadi Tempat Ziarah Warga

apahabar.com, BANJARMASIN – Tradisi mengunjungi makam kerabat serta alim ulama atau ziarah kubur, menjadi kebiasaan umat muslim menjelang masuknya bulan suci ramadan.

Di beberapa daerah di Indonesia, ziarah kubur punya sebutan lain seperti arwahan, nyekar, kosar atau munggahan.

Mengutip nu.or.id, Rasulullah SAW pada masa awal-awal Islam pernah melarang umatnya berziarah ke kubur. Pertimbangan itu mengingat kondisi keimanan dan sosiologis masyarakat Arab yang pola pikirnya masih didominasi oleh kepercayaan kepada dewa dan sesembahan.

Rasulullah SAW khawatir terjadi kesalahpahaman saat mereka berkunjung ke kubur. Baik untuk berdoa atau dalam segi perilakunya.

Seiring waktu, alasan ini semakin tidak kontekstual. Perlahan sudah banyak umat muslim yang terlepas dari perilaku musyrik. Rasulullah SAW kemudian memperbolehkan ziarah kubur, seperti yang bisa diketahui dalam Sunan Turmudzi no 973.

Hadits dari Buraidah ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Saya pernah melarang berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah, karena hal itu dapat mengingatkan kamu kepada akhirat.”

Masyarakat Indonesia, Kalsel khususnya sudah tidak asing lagi dengan kegiatan ziarah kubur. Bagi warga Banjar, selain sebagai bentuk pengingat kematian, aktivitas ini juga untuk mendoakan para kerabat atau ulama yang telah wafat.

Jadi tak heran, menjelang datangnya bulan suci ramadan, makam-makam akan ramai dikunjungi kembali oleh masyarakat.

apahabar.com merangkum beberapa makam ulama yang menjadi tujuan para peziarah di 13 kabupaten/kota di Kalsel.

1. Makam Habib Hamid bin Abbas Bahasyim di Banjarmasin

Lebih dikenal dengan sebutan Habib Basirih. Sebab, lokasi makamnya berada di Jalan Keramat RT. 13 Kelurahan Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat.

Berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat kota Banjarmasin atau menempuh waktu 15 menit berkendara.

Habib Basirih sendiri masih ada hubungan kekeluargaan dengan salah satu wali songo Sunan Ampel (Raden Rahmat). Juga keturunan generasi ke-16 dari Rasulullah Muhammad SAW.

Selain makam Habib Basirih, ketika di Banjarmasin berkunjunglah juga ke makam Sultan Suriansyah, Guru Zuhdi atau Pangeran Antasari.

2. Makam Syuhada Haji di Banjarbaru

Makam yang satu ini memiliki lokasi strategis di tepi jalan A Yani Kilometer 24, Landasan Ulin, Banjarbaru. Atau berada tidak jauh dari lapangan udara Bandara Syamsudin Noor.

Kompleks pemakaman disini diisi oleh jemaah haji asal Kalsel yang menjadi korban kecelakaan pesawat di Kolombo, Sri Lanka pada 1974 lalu.

Masih di kawasan yang sama. Persis di sebelahnya ada Taman Makam Bahagia. Beberapa tokoh ternama di Banjarbaru dikebumikan di sana. Salah satunya adalah Nadjmi Adhani, Wali Kota Banjarbaru yang didiagnosis wafat akibat penularan virus Covid-19.

3. Makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari di Martapura

Bergeser ke Martapura, daerah yang mendapat julukan Serambi Mekah dan kota para santri. Martapura memiliki banyak ulama kondang baik yang masih hidup atau pun telah wafat.

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dimakamkan di Desa Kalampayan Tengah, Kecamatan Astambul Martapura, Kabupaten Banjar. Ulama ini kemudian dikenal dengan julukan Datu Kalampayan.

Di Martapura sendiri ada banyak makam ulama yang menjadi tujuan berziarah warga, namun dalam segi jumlah pengunjung, makam Datu Kelampayan dan makam Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul-lah yang terlihat lebih banyak.

4. Makam Datu Sanggul di Tapin

Berjarak sekitar 98 kilometer dari pusat kota Banjarmasin, terdapat makam seorang ulama asal Tapin. Ialah Datu Sanggul atau bernama lengkap Syekh Muhammad Abdussamad yang lahir sekitar abad ke-18 M.

Meski bukan areal pemakaman yang luas, namun rombongan peziarah tak pernah absen mengunjungi makam yang terletak di Desa Tatakan, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin ini.

5. Makam Syekh H Sa’duddin Bin H As’ad di Kandangan

Bagi warga di wilayah Banua Anam, rasanya sudah tak asing lagi dengan nama Datu Taniran.

Nama lengkapnya Syekh Muhammad Thaib alias H Sa’duddin bin Mufti H Muhammad As’ad bin Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau dikenal Datu Taniran.

Lokasi makamnya terletak di Desa Taniran Kubah, Kecamatan Angkinang, Hulu Sungai Selatan. Makam Datu Taniran termasuk di antara makam yang sering didatangi oleh peziarah dari berbagai daerah.

6. Makam Syekh Abdurrahman Siddiq di Barabai

Syekh Abdurrahman Siddiq adalah salah satu tokoh syiar ternama di Hulu Sungai Tengah.

Warga sekitar lebih mengenalnya dengan sebutan Datu Kopi. Diambil dari daerah asalnya yaitu Kampung Kopi Arab di Barabai.

Datu Kopi semasa hidupnya dikenal santun dalam berdakwah. Kurang lebih 30 tahun, beliau menyiarkan agama Islam.

7. Makam Syekh Nafis Al-Banjari di Tabalong

Menyusuri wilayah utara dari provinsi Kalsel, terdapat salah satu makam ulama yang dikenal sebagai seorang tokoh sufi.

Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari, ulama kelahiran Martapura yang memiliki keahlian di bidang fikih serta tasawuf.

Muhammad Nafis diperkirakan wafat sekitar tahun 1812 M. Lokasi makamnya terletak di Mahar Kuning, Desa Binturu. Sekarang menjadi bagian dari desa di Kecamatan Kelua, Kabupaten Tabalong.

8. Makam Datu Kandang Haji di Balangan

Datu Surya Sakti Mangku Alam atau Patih Bantar Alam, lebih dikenal sebagai Datu Kandang Haji. Tokoh besar Islam yang terkenal di antara masyarakat Balangan.

Makam keramat yang satu ini berlokasi di Desa Teluk Bayur, Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan. Dikenal sebagai makam dengan panjang mencapai 11 meter dengan lebar 4 meter.

Karenanya, makam Datu Kandang Haji, termasuk salah satu tujuan wisata religi oleh para peziarah.

9. Makam Tuan Guru Haji Basiyuni di Batola

Marabahan sempat menjadi rujukan para ulama di masanya. Selain Syekh Abdussamad, ada pula nama Tuan Guru Haji Basiyuni. Dia adalah seorang Mursyid Tarekat pada zamannya.

Komplek pemakaman Tuan Guru H Basiyuni kini menjadi tujuan wisata religi, sebab memiliki bangunan indah nan megah. Di sana, dimakamkan pula tokoh-tokoh berpengaruh asal Kalsel, seperti H Leman, Tuan Guru H Syibawaihi atau Guru Bawai.

10. Makam Syekh Muhammad Arsyad di Tanah Bumbu

Satu lagi zuriat Datu Kalampayan yang biasanya dikunjungi makamnya saat berziarah.

Tepatnya makam Kubah Pagatan, kabupaten Tanah Bumbu. Terdapat makam dari Mufti Haji Muhamamd Arsyad atau Tuan Mufti Arsyad Lamak.

Disebutkan, Tuan Mufti Lamak wafat pada 23 Rabiul Awwal 1275 H pada masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin Sultan Adam. Sumber lain menyebutkan beliau wafat sekitar tahun 1850 di Mattone, Kampung Baru, Pagatan.

11. Makam Tuan Guru H. Muhammad Nur di Tanah Laut

Tuan Guru Muhammad Nur adalah ulama kelahiran Kediri yang kemudian terkenal menyiarkan agama Islam di Kalsel.

Ia wafat di Desa Takisung, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut pada 25 Jumaddil Awal 1414 H atau 10 November 1993.

Tuan Guru Muhamamd Nur dipandang berjasa besar dalam perkembangan Islam di Takisung. Ia termasuk yang memelopori pembangunan masjid dan sekolah-sekolah Islam. Tuan Guru Muhammad Nur juga dikenal sebagai ahli tarekat.

12. Makam Guru Cantung di Kotabaru

Tuan Guru Muhamamd Dachlan bin Achmad Abbas atau Guru Cantung adalah salah satu ulama yang dikenal senang membaur dengan para jemaah.

Di masa hidupnya, beliau sempat menjadi seorang pegawai negeri di Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama).

Ia wafat pada 15 Mei 2004. Kala itu, kepergian ulama ternama ini ditandai dengan hujan lebat.

Guru Cantung dimakamkan berdampingan dengan putranya, H Hanafi Gubit. Tepatnya di Desa Sungai Kupang, Kecamatan Kelumpang Hulu. Apabila Anda dari pusat kota Batulicin, akan menempuh sekitar satu jam perjalanan.

13. Makam Syekh Sayid Sulaiman di Amuntai

Lokasi terakhir yang bisa jadi rekomendasi ziarah kubur para alim ulama ada di Hulu Sungai Utara, tepatnya di Kecamatan Amuntai Utara.

Dia adalah tokoh agama asal Kampung Padang Basar yang hidup di masa penjajahan Belanda.

Menariknya, masyarakat HSU mengkeramatkannya karena cerita mengenai letak makamnya yang berada di dua lokasi, yakni di Desa Pakacangan dan Desa Padang Basar, Kecamatan Amuntai Utara.

Penulis: Musnita Sari

Editor:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *