Kain Kuning kain keramat

Kain Kuning, Kain Keramat Kalimantan

bukankoran – Kain kuning seringkali digunakan pada tempat-tempat sakral, entah itu makam orang yang dimuliakan atau pepohonan yang dianggap keramat oleh masyarakat.

Namun, ada pesan tersendiri yang ingin disampaikan oleh orang dahulu kepada masyarakat.

Menurut Nasrullah, Dosen mata kuliah masyarakat dan kebudayaan Kalimantan prodi sosiologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat, ada pesan yang tersirat dalam penempatan kain kuning itu. Yakni bahwa tempat itu harus dijaga.

Ia menerangkan, penggunaan kain kuning juga dimaksudkan untuk menjaga sistem ekologi atau lingkungan. Sebagaimana ketika kain kuning ditempatkan pada pohon.

Artinya pohon tersebut jangan diganggu. Selain itu biasanya yang diberi kain kuning kebanyakan merupakan pohon besar. Sehingga ada penyampaian agar pohon itu jangan ditebang.

“Ketika kain kuning itu diletakan di pohon, ada pesan orang terdahulu yang jarang diketahui. Jadi bukan hanya sekadar pohon itu sakral, melainkan juga agar pohon itu jangan diganggu sehingga lingkungan tetap terjaga,” terang Nasrullah.

Ia pun juga menyampaikan keberadaan kain kuning di pohon bisa juga karena ada satu masyarakat yang bernazar untuk meletakkan kain kuning tersebut. Namun, bukan karena bernazar pada pohonnya. Melainkan karena niat dari penazar untuk meletakan kain kuning di pohon.

Selain pada pohon, kain kuning juga kerap ditemukan pada makam. Contohnya seperti makam Pangeran Samudera atau dikenal dengan nama Sultan Suriansyah yang sekarang menjadi kawasan wisata religi yang ada di Banjarmasin. Selain dipagari kayu, juga diselimuti kain kuning, yang menjadi penanda bahwa makam itu keramat.

“Banyak yang menaruh kain kuning di sini dengan hajat yang bermacam-macam, ada yang untuk kesembuhan, ada yang untuk kemudahan dalam usaha,” ucap Hamdani, sang juru kunci makam.

Secara historis, kain kuning adalah warna kebesaran seorang Raja Banjar, warna kuning juga menjadi warna bendera Kerajaan Banjar. Bagi masyarakat Kalimantan Selatan, warna kuninglah yang menempati sebagai warna suci dan sakral.

Kain warna kuning yang identik dengan kuning kunyit dipakai dalam berbagai pakaian adat atau hiasan kepala seperti pada kain sasirangan ataupun laung.

“Untuk di sini ada dua warna yang digunakan, yang berwarna kuning menunjukkan raja dan warna hijau menunjukkan ulama besar khususnya habaib,” paparnya.

Kain yang diletakkan di makam menurutnya adalah lambang keramat yang khas dari Kalimantan. Hal ini adalah upaya penghormatan kepada orang yang sudah meninggal, khususnya untuk orang-orang yang memiliki pengaruh.

“Pemberian kain kuning biasanya tak lepas dari bunga-bunga yang juga diikatkan pada makam,” tambahnya.

Makam ini menjadi salah satu tempat yang dikembangkan sebagai destinasi wisata religi yang ada di Banjarmasin selain Makam Sultan Suriansyah.

Tak hanya terlihat menghiasi makam-makam orang yang berpengaruh, kain kuning juga diletakkan pada makam orang-orang biasa yang diduga memiliki keramat. Semisal yang terjadi di Pekapuran Raya. Mulanya itu hanyalah sebuah kubur anak-anak yang berjenis kelamin wanita, entah mengapa secara tiba-tiba ada orang yang menaruh kain kuning di makamnya.

Terlepas dari itu semua, tidak semua yang diberi kain kuning itu adalah keramat, seperti halnya di persimpangan Sungai di Kapuas.

Dahulu kain kuning dipergunakan juga sebagai penanda, seperti misalnya di pertigaan sungai, orang-orang memberi penanda kain kuning yang diikat di tiang agar perahu tidak saling menabrak, kain kuning terlihat jelas saat malam hari.

Editor:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *