Cara Mengobati Sifat Pemarah Menurut Guru Bakhiet

apahabar.com, BANJARMASIN – Sifat pemarah bisa diobati dengan cara-cara tertentu. Berikut cara mengobati sifat pemarah menurut KH Muhammad Bakhiet atau Guru Bakhiet.

“Dengan melatih diri, dengan membiasakan diri, dengan cara-cara tertentu. Sehingga sifat penyarikan (pemarah) itu bisa hilang pada dirinya,” kata Guru Bakhiet.

Guru Bakhiet menjelaskan sifat marah sendiri perlu ada dalam diri manusia, namun bertujuan untuk menjaga diri, orang-orang terdekat, dan agama.

Tetapi hal yang dicela atau yang perlu diobati itu adalah pemarah, bukan menghilangkan sifat marahnya.

“Ketahuilah bahwa selama manusia itu mencintai, membenci sesuatu, maka dia tidak sunyi dari sifat Goij dan Ghodob,” ujar Guru Bakhiet.

“Selama kita masih mencintai sesuatu, membenci sesuatu masih ada dalam diri kita, maka masih ada marah,” tambah Guru Bakhiet.

Goij merupakan sifat marah, namun masih terpendam di dalam hati. Apabila keluar melalui perkataan atau perilaku, maka itu namanya Ghodob.

“Makanya Allah itu kadida (tidak ada) Goij, Allah hanya ada Ghodob. Goiz itu manusia. Manusia punya hati. Selama dalam hati disebut Goij, sudah keluar maka disebut Ghodob, itu bahasa arabnya,” jelas Guru Bakhiet.

Guru Bakhiet menerangkan, dengan latihan, terkadang mampu menghapuskan kekuatan marah. Dan itu membutuhkan perjuangan.

“Memaksa sifat hilm (tidak cepat marah) dan menyandang suatu masa,” jelas Guru Bakhiet.

“Orang yang masih mengusahakan sifat hilm itu namanya tahalum, tapi kalau sudah jadi sifat dirinya namanya hilm. Orang tuh kada (tidak) pemarah, dia marah kalau disuruh agamanya hanyar marah,” pungkas Guru Bakhiet.

Latihan itu sendiri bukan untuk menghilangkan sifat marah, namun untuk mengendalikannya.

“Kalau anak kita bini-bini (perempuan) misalnya, digoda laki-laki mesti marah kita. Agama menyuruh marah, akal menyuruh marah. Kalau bini kita diganggu laki-laki lain kita harus marah, nah itu marah yang terpuji,” ujar Guru Bakhiet merumpamakan.

Namun sifat marah ada batasannya, “Nabi kita kalau ada orang yang melanggar hukum Allah marah nabi, tapi marahnya nabi itu kada sampai berkata kasar, kada sampai menampiling (menampar) orang, tetapi marahnya nabi itu adalah paling sampai merah mukanya, nah berdasarkan paling tinggi marah,” terang Guru Bakhiet.

“Sifat marah sendiri bisa hilang jikalau manusia memiliki tauhid yang kuat,” pungkas Guru Bakhiet seperti dikutip apahabar.com dari akun Youtube Pecinta Guru Bakhiet pada Jumat (9/4).

Baca juga:

Penulis: Triaji Nazulmi

Editor:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *