hancau – Sulaiman Al-Qanuni (1494-1566), nama yang seharusnya tak boleh dilupakan Prancis. Dia adalah sultan ke-10 Kerajaan Utsmani (Ottoman) yang menjadi penguasa muslim tersukses pada abad ke-16 Masehi.
Dikutip dari berbagai sumber, setidaknya ada 2 alasan kuat, mengapa Prancis perlu mengingat nama sultan muslim yang satu ini.
1. Pembebasan Raja Francis I
Salah satu negara Eropa yang ‘berhutang sejarah’ pada daulah Islam adalah Prancis. Negara ini seharusnya tak melupakan nama Sultan muslim dari Turki Utsmani yang satu ini, Sulaiman Al-Qanuni.
Kala itu, Sultan Sulaiman menjawab permohonan Raja Prancis, Fransis I yang ditawan kerajaan Spanyol, dan meminta bantuan kekuatan Islam guna membebaskan Prancis dari penjajahan Spanyol.
Ini lah isi surat Sultan Sulaiman kepada pemerintah Prancis tersebut:
“Inilah surat dari Sulaiman, dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Akulah Sultan wilayah laut Mediterania, Laut Hitam, Laut Merah, Anatolia, Rumenia, Qurmaan Romawi, wilayah Dzil Qadariyah, wilayah Bakr, Kurdistan, Azerbaijan, ‘ajam, Syam, Mesir, Makkah dan Madinnah, Al Quds, seluruh pemukiman Arab dan ‘Ajam, Negeri Hongoria, Qaishar, dan negeri negeri lainnya. Yang ditakhlukkan oleh tangan keagungan ku dengan pedang kemenangan. Walillahil hamd, Wallahu Akbar. Akulah Sultan Sulaiman Putra Salim putra Sultan Bayazid, kepada Fransis, penguasa wilayah Perancis. Wa ba’ du.
Telah sampai kepada kami pesamu yang dikirim lewat kurirmu, Frankban, yang menjelaskan bahwa musuh kalian telah menguasai negeri kalian, juga kalian terkepung dan meminta bantuan pasukan untuk membebasakn kalian. Maka, semua permohonanmu telah disampaikan dihadapanku dan telah kumengerti dengan baik.
Penangkapan seorang raja adalah hal biasa. Maka tenanglah dan tak perlu gusar, karena sungguh kamilah penakhluk negeri negeri kuat dan benteng benteng kokoh jga pematah serangan lawan kami. Dan sungguh kuda perang kami selalu terjaga siang dan malam, dan pedang pedang kami selalu terhunus. Maka Allah yang memudahkan segala kebaikan dengan kehendak-Nya.
Adapun hal hal yang lainnya, maka akan disampaikan kepadamu oleh utusanmu.”
Bergeraklah angkatan laut Turki Utsmani, di bawah laksamana laut Turki Utsmani Khairuddin Barbarosa, untuk membebaskan kota kota di Perancis dari Spanyol. Maka ditaklukkanlah kota Nice dan Pulau Korsika.
Sebagai imbalannya, Muslimin lalu menjadikan pelabuhan Toulon sebagai markas Angkata Laut Turki Utsmani. Jadilah Toulon sebuah kota di bawah hukum Islam dengan lambang Turki Utsmani pada bentengnya, dan Adzan pun berkumandang disana.
2. Larangan Dansa
Bahkan Sultan Sulaiman dapat mengatur undang undang Perancis sesuai pendapatnya. Seperti saat Perancis berniat mengadakan sejenis tarian, namun Sultan Sulaiman melarang tarian itu, supaya tidak menyebarakan kerusakan di masyarakat Perancis.
Dalam literatur sejarah disebutkan, Dinasti Utsmani yang dipimpin Sultan Sulaiman pernah mengepung Kota Wina yang merupakan sekutu Raja Prancis pada abad ke-16. Dai yang juga pakar sejarah Islam Ustaz Budi Ashari mengatakan, Sultan Sulaiman pernah memberi peringatan keras kepada Raja Prancis.
“Suatu hari Sultan Sulaimanmendengar bahwa di Prancis, masyarakatnya menciptakan dansa antara para laki-laki dan kaum perempuan. Kemudian beliau mengirimkan surat,” kata Ustaz Budi, seperti dikutip dari Sindonews, Sabtu (31/10/2020).
Sulaiman Al-Qonuni mengirim surat kepada raja Prancis, isinya:
“Telah sampai padaku berita bahwa kalian membuat dansa mesum antara laki-laki dan perempuan. Jika suratku ini telah sampai padamu, pilihannya: kalian hentikan sendiri perbuatan mesum itu atau aku datang kepada kalian dan aku hancurkan negeri kalian.”
Setelah surat itu, dansa di Prancis berhenti selama 100 tahun. Saat itu, Prancis langsung mentaati perintah Sultan muslim ini.
Sayangnya, hari ini, di bawah pimpinan Presiden Emmanuel Macron, Prancis justru melupakan sejarahnya.