BORNEO online, Jakarta – Ada tiga amalan kunci yang harus kita lakukan bila ingin keluar dari gelapnya masalah. Ketiga amalan tersebut sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Pertama, berbakti pada orang tua (al-birrul waalidain). Salah satu indikator keimanan seorang Muslim adalah kesungguhannya dalam memuliakan dua orang tuanya.
Sebab keridhaan Allah sangat tergantung pada keridhaan orang tua. Rasulullah SAW bersabda:
رِضَا اللَّهِ فِـيْ رِضَا الْوَالِدَيْـنِ، و سخط اللَّهِ فِـيْ سخط الْوَالِدَيْنِ “Keridhaan Allah ada pada keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua.” (HR Tirmidzi).
Dalam Alquran, setidaknya ada lima ayat yang memuat perintah untuk memuliakan orang tua. Salah satunya terdapat dalam QS Luqman [31] ayat 14:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.”
Berkaitan dengan ayat ini, Ibnu Abbas berkata: “Tiga ayat dalam Alquran yang saling berkaitan, di mana tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya? Maka, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia tidak bersyukur pada kedua ibu bapaknya, maka tidak akan diterima (rasa syukurnya) tersebut!”
Dua keterangan ini menegaskan betapa utamanya berbakti pada orang tua. Allah SWT berkenan menggeser batu yang menutup gua, sehingga cahaya dari luar bisa masuk, syariatnya karena amal bakti salah seorang dari mereka terhadap orang tuanya. Siapa pun yang ingin ditolong oleh Allah, maka tingkatkanlah kualitas bakti diri kepada orangtua (termasuk pula mertua).
Kedua, menahan diri dari maksiat. Saat seseorang melakukan maksiat, maka pada saat itu ia menjauh dari Allah. Sebaliknya saat seseorang bertakwa, dan beramal saleh (termasuk bersabar dari melakukan maksiat), maka saat itu ia sedang mendekat kepada Allah. Dalam QS Ath-Thalaaq [65] ayat 3, Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya.”
Ketiga, menjaga amanah. Cakupan amanah itu sangat luas. Semua yang Allah SWT karuniakan kepada kita hakikatnya adalah amanah. Diri, keluarga, harta kekayaan, jabatan, ilmu, kesehatan adalah amanah.
Kebaikan dan pertolongan Allah akan datang, tatkala setiap orang mampu menjalankan amanah sesuai dengan ketentuan yang ditelah digariskan Dzat pemberi amanah tersebut. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya; dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, maka hendaknya kamu menetapkannnya dengan adil.” (QS An-Nisaa’ [4]: 58).
Editor : A.Gafur
sumber: republika