apahabar.com, BANJARMASIN – Sekitar tahun 1940-an, ketika pasukan Jepang masuk ke Kalimantan Selatan, khususnya Banjarmasin, Habib Hamid bin Abbas Bahasyim atau Habib Basirih disebut-sebut turut berperan dalam perjuangan.
Hal itu diungkapkan Buyut Habib Basirih, Habib Faturrahman, ketika ditemui apahabar.com, pada Selasa (6/4).
Dikisahkan Habib Fatur –akrab disapa-, kala itu masih dalam masa peperangan Indonesia melawan penjajah asal Jepang. Sekitar tahun 1940-an. Kisah ini dia dengar dari sang ayah, Habib Idrus Bahasyim.
“Jadi keterlibatan beliau saat itu bukannya terjun langsung ke medan perang. Justru para pejuang Banjar yang datang ke sini untuk meminta doa dan pegangan,” katanya mengawali kisah.
Habib Basirih dikenal sebagai Waliyullah yang bertabur karomah. Ia merupakan wali yang langsung mendapat kemuliaan tanpa menuntut ilmu. Karomah itu diterima Habib Basirih sekitar umur 40 tahunan.
Namun karena kesehariannya yang tidak biasa, kerap Habib Basirih dianggap sebagai wali yang bertingkah nyeleneh.
“Karena beliau wali Majezub, itu pun bukan beliau yang mengumumkan menjadi wali. Malah bersembunyi dari manusia,” ungkap pria berumur 49 tahun ini. Kisah Waliyulah seorang Habib Basirih menyebar dari mulut ke mulut. Semasa hidupnya, banyak masyarakat yang bertandang untuk meminta doa atas hajat yang ingin mereka kabulkan di dunia.
“Orang Banjar sudah banyak yang tahu bahwa ada seorang habaib yang menjadi aulia Allah. Mereka yang datang ke Basirih, meminta doa dan berkat atas hajat mereka di dunia,” bebernya.
Beberapa pejuang perang Banjar termasuk di antara yang bertemu langsung dengan Habib Basirih. Oleh Habib Basirih, mereka diberikan beberapa benda keramat sebagai jimat pembawa keberuntungan.
“Benda-bendanya di luar nalar. Seperti di rajah di badan, diberi gumpalan kain. Orang-orang bahari (zaman dulu) memegang kepercayaan itu, dengan barakat (berkat) wali Allah dan Rasulullah sehingga bisa terjaga diri ini,” ungkap pimpinan Majelis Taklim Al Mahabbah Banjarmasin ini.
Penulis: Musnita Sari