apahabar.com, BANJARMASIN – Karisma seorang ulama bisa berdampak positif bagi orang-orang yang mengaguminya. Seperti cerita berikut ini.
Buku Kemuliaan Taubat (At Tawwabun) karya Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy mengungkapkan, meriwayatkan kepada kami As-Syaikh Abul-Faraj, dari Muhammad bin Abdullah bin Bakawaih, dari Mufarrij bin Al-Husein As-Sha’idy, dari Fatimah binti Ahmad-saudari Abu Ali Ar-Rudzbari, mereka bercerita bahwa di negeri Baghdad dulu, ada sepuluh pemuda dewasa yang berteman dengan sepuluh pemuda belia.
Sepuluh pemuda dewasa itu suatu ketika mengutus salah satu pemuda belia untuk keperluan mereka, tapi si pemuda itu datang terlambat. Pemuda dewasa pun marah kepadanya, namun demikian pemuda itu datang sambil tertawa dengan membawa sebuah semangka.
Mereka berkata, “Engkau datang terlambat, tetapi tetap saja kamu tertawa.”
“Ya, karena aku datang dengan membawa sebuah keajaiban. Aku telah melihat Bisyr meletakan tangannya di atas semangka ini. Maka semangka ini pun lalu aku beli dengan harga dua puluh dirham,” jawabnya.
Mendengar itu, masing-masing mereka menciumi dan menempelkan buah semangka tersebut pada kedua matanya.
“Apakah yang menyebabkan Bisyr mempunyai kelebihan semacam ini,” salah seorang di antara mereka bertanya.
“Karena ketakwaannya,” jawabnya.
“Saksikanlah wahai kawan-kawan, bahwa aku telah bertobat kepada Allah SWT,” katanya lagi.
Mereka yang hadir pada saat itu menyatakan hal yang sama dengan apa yang telah di katakan oleh pemuda itu.
Ada pula yang mengatakan, “Mereka (para pemuda itu) kemudian keluar menuju Tharsus hingga akhirnya mereka gugur di medan perang. Semoga mereka senantiasa mendapatkan rahmat Allah.”
Siapa Bisyr?
Bisyr bin Harits dikenal juga sebagai Abu Nashr Bisyr bin al-Harits al-Hafi, lahir di dekat kota Merv sekitar tahun 150 Hijriah /767 Masehi. Setelah meninggalkan hidup berfoya-foya, ia mempelajari Hadits di Baghdad, kemudian meninggalkan pendidikan formal untuk hidup sebagai pengemis yang terlunta-lunta, kelaparan dan bertelanjang kaki.
Bisyr meninggal di kota Baghdad tahun 227 H/841 M. Ia sangat dikagumi banyak orang di masanya, termasuk Imam Ahmad bin Hanbal dan dihormati oleh khalifah al-Ma’mun.
Penulis: Amrullah