Borok Chintya

Meriah, 5 Tradisi Saat Bulan Puasa di Dunia

apahabar.com, BANJARMASIN – Di Indonesia, nyekar jadi salah satu tradisi di lakukan saat bulan puasa.

Namun bagaimana dengan tradisi lainnya saat bulan puasa Ramadan?

Berikut 6 tradisi saat puasa Ramadan yang meriah di penjuru dunia seperti dilansir cnnindonesia.com:

1. Mesaharaty

Selain puasa, sahur juga menjadi salah satu tantangan dalam bulan Ramadan.

Tidak sedikit orang yang melewati sesi makan sebelum Imsak itu karena terlelap tidur.

Sama seperti di Indonesia, ada juga tradisi membangunkan orang saat sahur di negara-negara Arab dan Afrika.
Petugasnya disebut mesaharaty atau pemanggil malam.

Berbekal gendang kulit yang ditabuh lembut, mesaharaty akan berkeliling kawasan pemukiman untuk membangunkan orang.

Di negara-negara seperti Arab Saudi, Yaman dan Mesir, hal ini masih umum dilakukan di desa-desa, di mana ‘Al Tabbeil’ atau pemain drum memanggil nama-nama keluarga di rumah yang dilewatinya.

Mereka tidak menuntut bayaran, tetapi orang-orang biasanya memperlakukan para pekerja yang tak kenal lelah ini dengan hadiah di akhir Ramadan.

2. Midfa Al Iftar

Masih sama seperti yang dilakukan di Indonesia, terdapat juga tradisi menembakan meriam untuk menandai waktu berbuka puasa.

Midfa Al Iftar menjadi tradisi yang biasa dilakukan jauh sebelum teknologi alarm diciptakan. Tradisi ini pertama kali dilakukan di Mesir.

3. Fanous

Tradisi Ramadan yang unik lainnya yang diyakini berasal dari Mesir adalah pemasangan lampu dengan kap berwarna cerah.

Lentera, yang disebut fanous atau fawanees, telah menjadi simbol Ramadan.

Terbuat dari logam dan kaca, lampion ini hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran.

Hingga hari ini, ketika pasar-pasar dan pertokoan gang-gang Mesir dipenuhi dengan fawanees yang berwarna-warni sebelum dan selama Ramadan.

4. Mheibes

Pada dini hari, setelah buka puasa, warga Irak berkumpul untuk bermain permainan tradisional bernama mheibes.

Sebagian besar dimainkan oleh pria selama Ramadan, permainan ini melibatkan dua kelompok yang terdiri dari sekitar 40 hingga 250 pemain, yang semuanya bergiliran menyembunyikan mihbes, atau cincin.

Mheibes dimulai dengan pemimpin tim memegang cincin, tangannya terbungkus selimut.

Anggota lain harus duduk dengan tangan mengepal, saat pemimpin menyerahkan ring ke salah satu pemain lain secara diam-diam.

Dalam momen pertukaran yang mendebarkan, lawan mereka harus menentukan siapa di antara lusinan pria yang menyembunyikan cincin itu hanya melalui bahasa tubuh.

Meskipun asal muasal permainan ini tidak diketahui, namun permainan ini memiliki nilai budaya dan sejarah yang mendalam.

Beberapa dekade yang lalu, pemerintah Irak akan menyelenggarakan permainan berskala komunitas, diikuti ratusan peserta dan menjadi ajang reuni antara desa.

Saat perang terjadi, tradisi ini sempat terhenti. Namun kini mheibes telah kembali.

5. Chaand Raat

Pada malam terakhir Ramadan, kaum wanita di India bakal berkumpul di teras masjid untuk melukis tangannya dengan tinta alami atau henna. Tradisi ini disebut chaand raat.

Di siang harinya, mereka ramai-ramai ke pasar tradisional untuk berbelanja sembako, perhiasan, sekaligus henna.

Tradisi ini dilakukan usai berbuka puasa dan salat Tarawih.

Selain di India, tradisi chaand raat juga dilakukan di Pakistan dan Bangladesh.

Penulis: Tri Aji

Editor: