apahabar.com, JAKARTA – Kyai Ahmad Bahauddin Nursalim pernah mengingatkan untuk tidak gegabah menyampaikan Islam. Ulama yang akrab disapa Gus Baha ini menghindari masyarakat awam berpikir bahwa Islam hadir sebagai masalah.
Contohnya seperti Ramadan saat ini. Umat Islam tahu Ramadan adalah bulan yang berlimpah ampunan dan rahmat Allah SWT. Akan tetapi menurut Gus Baha, jangan sampai momen Ramadhan ini justru memberatkan umat muslim yang berhalangan, sehingga menjadi terpaksa menjalani ibadah tarawih berjemaah di masjid.
“Jangan terlalu membesar-besarkan hal yang berpotensi membuat orang biasa jadi susah menjalankan syariat Islam.
Hindarilah omongan seperti misalnya saat bulan Ramadan: ‘Rugi, Ramadan hanya setahun sekali kok gak salat tarawih di masjid berjamaah’. Itu namanya tak menghargai perasaan orang. Di luar sana itu, ada satpam, penjaga toko, tukang ojek, tukang parkir, dan banyak pekerja di malam hari yang mungkin menangis di dalam hati. Mereka juga ingin tarawih, tapi apa daya mereka sedang bekerja,” ulas Gus Baha seperti dikutip dari Laduni.id, Senin (26/4).
Santri Kyai Maimun Zubair itu melanjutkan, hukum menjalani ibadah Tarawih itu sunah sedangkan mencari nafkah itu wajib.
“Tarawih itu sunah. Sementara mencari nafkah itu wajib. Menghindari diri dari kemiskinan secara ekonomi supaya tidak menjadi beban orang lain, itu hal yang paling utama,” sambung Gus Baha.
Pria kelahiran Sarang, Rembang itu menegaskan, dalam riwayat jelas sekali, Kanjeng Nabi itu sangat mencintai salat tarawih, namun beliau sengaja meninggalkannya setelah beberapa hari salat, supaya tarawih tidak dianggap sebagai ibadah wajib. Bahkan dalam hal salat wajib, Gus Baha mewanti-wanti agar imam salat jangan terlalu lama membaca bacaan salat.
“Kanjeng Nabi itu sangat suka salat. Suatu saat ketika Kanjeng Nabi mengimami salat, beliau mendengar bayi menangis.
Lalu Kanjeng Nabi memutuskan untuk mempercepat salatnya. Khawatir ibu dari bayi yang jadi makmumnya. Gus Baha juga pernah disowani oleh kiai yang mengeluh karena jemaahnya tak bertambah. Sambil tertawa Gus Baha menjawab,
“Loh jangan-jangan orang yang tidak datang sudah hebat,” tegas Gus Baha.
“Loh, kok bisa, Gus?” timpal kiai yang sedang sowan kepada Gus Baha.
“Kamu kan mengajarkan supaya orang berbuat baik kepada keluarganya. Mungkin orang yang tidak mengaji itu sedang mempraktekkan ajaran itu. Dia mungkin sedang makan nasi berkat dengan keluarganya. Kamu kan mengajarkan supaya orang mencari nafkah yang halal. Nah, orang yang tidak datang itu mungkin sedang bekerja mencari nafkah yang halal untuk kehidupan keluarganya,” jawab Gus Baha.
Kyai itu terdiam. “Masak sih, Gus?” tanya kyai tersebut yang semakin penasaran dengan penjelasan Gus Baha. “Loh kamu itu dikasih tahu kok gak percaya. Makanya, jadi kiai itu yang bijak. Kyai itu penyangga umat banyak. Kalau mau bikin kajian, ya jangan saat orang bekerja. Jangan sampai orang-orang berpikir bahwa Islam itu hadir sebagai masalah,” pungkas Gus Baha.