Islamnya Khalid bin Walid Sang Pedang Allah yang Terhunus

apahabar.com, JAKARTA – Khalid bin Walid RA adalah sahabat Rasulullah SAW. Ia memiliki julukan “Pedang Allah yang Terhunus”.

Khalid wafat pada 18 Ramadhan 21 Hijriyah. Ia merupakan seorang panglima perang yang termasyhur dan ditakuti di medan tempur.

Sebagaimana nukilan Imam Adz-Dzhaby dalam Siyar A’lam An-Nubala dilansir republika.co.id Masrawy, Khalid baru memeluk Islam di akhir tahun ke delapan. Tepatnya setelah perjanjian Hudaibiyah.

Saat Rasulullah SAW melakukan umroh, beliau menanyakan tentang Khalid.

Dalam rombongan Rasulullah, turut pula Al Walid Bin Walid yang merupakan saudara dari Khalid bin Walid.

Al Walid telah lebih dahulu masuk Islam. Al Walid menceritakan bahwa Rasulullah pernah menanyakan tentang Khalid.

Kepada Rasulullah, Al Walid kemudian menjawab “Semoga Allah memberinya (Khalid) hidayah”.

Lalu Al Walid bercerita, bahwa Rasulullah berkata, “Andaikan Khalid menggunakan kehebatan dan ketangguhannya (yang selama ini dia gunakan untuk yang lain) bersama kaum Muslimin, tentu itu akan menjadi hal yang lebih baik baginya”.

Pada akhirnya Allah SWT telah menetapkan Khalid untuk masuk ke dalam agama yang mulia ini.

Setelah mengikuti beberapa perang dengan melawan Rasulullah SAW Khalid bertanya kepada Nabi, “Apakah Allah akan mengampuni dosaku selama ini yang telah menentang Islam?”

“Islam akan menghapus segala dosa yang telah berlalu,” jawab Rasulullah SAW.

Khalid pun berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah aku.”

Rasulullah kemudian berdoa, “Ya Allah, ampunkanlah Khalid atas segala perbuatannya yang menghalangi manusia dari jalanMu.”

Khalid pun terus berjuang di jalan Allah SWT dengan berbagai macam perang yang dia ikuti.

Khalid bin Walid pernah dikirim ke Irak dan dapat menguasai Al-Hirah.

Kemudian Khalid bin Walid diperintahkan Abu Bakar meninggalkan Irak untuk membantu pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid.

Sampai pada akhirnya Khalid pun wafat, dan tidak dalam keadaan berperang.

Sebelum meninggal, Khalid RA berkata di atas tempat tidurnya bahwa dia akan meninggal secara wajar.

“Aku telah mengikuti perang ini dan itu, sampai-sampai pada tubuhku tidak ada tempat sejengkal pun melainkan terdapat bekas sayatan pedang, tusukan tombak, dan luka akibat terkena panah. Kini aku akan meninggal di atas tempat tidurku secara wajar, sebagaimana matinya seekor unta. Maka dari itu, mata para pengecut tidak akan terpejam.”

Penulis: Triaji Nazulmi

Editor: