tradisi ngayau

Tradisi Ngayau Suku Dayak di Kalimantan

bukankoran – Suku dayak terkenal dengan beragam adat dan budayanya. Salah satu tradisi suku dayak yang cukup fenomenal adalah ‘tradisi ngayau’.

Ngayau merupakan tradisi memburu kepala manusia, kebanyakan dilakukan dari kalangan masyarakat dayak Sarawak, seperti Iban dan Kayan.

Di masa silam, tradisi ngayau yang dilakukan oleh orang-orang dayak iban semata-mata untuk tujuan bertahan dari serangan musuh. Tidak sembarang musuh dibunuh, mereka hanya memilih musuh lelaki dewasa untuk dibunuh dan bawa balik ke rumah.

Rambut dari kepala yang didapat saat Ngayau akan menjadi hiasan pada perisai dan pedang.

Sementara itu, kepala-kepala musuh akan dikeringkan dan digantung di rumah mereka. Di beberapa rumah hingga kini ada yang menyimpan tengkorak kepala musuh yang diturunkan sejak zaman nenek moyangnya.

Fenomena tradisi Ngayau juga dianggap sebagai satu peningkatan status sosial tertinggi pada masyarakat suku Dayak Iban. Dengan begitu, saat ritual adat Gawai atau perayaan lainnya, mereka berhak menerima penghormatan tertinggi.

Pada masa lalu Suku Dayak Iban dilaporkan sebagai pemburu kepala yang paling terkenal di Kalimantan.

Suku Dayak Iban melakukan upacara perburuan kepala yang disebut Gawai. Upacara ini tidak hanya bersifat religius, tetapi juga melibatkan pesta besar-besaran dengan minum-minuman dan bersenang-senang.

Meski tradisi Ngayau telah dianggap identik dengan suku Dayak, tetapi tradisi ini sudah tidak dilakukan lagi. Dapat dikatakan bahwa kini tradisi Ngayau merupakan salah satu tradisi suku Dayak yang sudah punah.

Tradisi ini berhenti dan tercatat dalam kesepakatan bersama seluruh etnis Dayak Borneo Raya pada 22 Mei – 24 Juli 1894 yang diprakarsai oleh pemerintah konial Belanda.

Tidak semua suku Dayak di Kalimantan menerapkan Tradisi Ngayau. Seperti halnya Suku Dayak Maanyan dan Suku Dayak Meratus, dalam adat mereka tidak ada istilah Ngayau.

Namun berdasarkan cerita para tetua adat mereka, ketika terjadi perang waktu dulu para ksatria-ksatria Dayak Maanyan dan Dayak Meratus selalu menargetkan kepala pimpinan musuh untuk dipenggal.

Apabila kepala pimpinannya berhasil mereka penggal, maka para prajuritnya akan segera bertekuk lutut.

Kepala pimpinan musuh tersebut bukan sebagai pelengkap ritual-ritual adat sebagaimana yang dilakukan suku Dayak Kenyah, Iban dan Ngaju, kepala tersebut tetap dikuburkan bersama badannya.

Meskipun suku Dayak Meratus dan Maanyan tidak menerapkan tradisi Ngayau dalam adat mereka, namun mereka tetap berpendapat bahwa kepala manusia memiliki arti penting yaitu kepala bagian yang paling tinggi di tubuh manusia dan memiliki simbol status seseorang.

Editor: