hancau – Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau yang lebih dikenal sebagai Datuk Kelampayan, semasa hidupnya banyak menghasilkan karya tulis berupa kitab-kitab yang hingga sekarang menjadi rujukan para ulama, seperti di antaranya Sabilal Muhtadin, Tuhfatur Raghibiin, Al Qaulul Mukhtashar, di samping kitab Ushuluddin, kitab Tasauf, kitab Nikah, kitab Faraidh, dan kitab Hasyiyah Fathul Jawad.
Lantas, siapa sebenarnya yang mengabadikan riwayat hidupnya dan menjadi acuan oleh para anak cucunya hingga sekarang, dalam menulis silsilah dan mengenang perjuangannya dalam menuntut ilmu hingga bisa tersebar hingga ke seluruh penjuru?
Ia adalah Abdurrahman Shiddiq. Berdasarkan catatannya sendiri yang peroleh daripada keturunan beliau di Sapat dan Tembilahan, Inderagiri Hilir bahwa Haji Abdur Rahman Shiddiq lahir bulan Rabiulakhir, malam Khamis, sebelum Subuh, 1284 Hijrah/Agustus 1867 Masihi. Beliau memadamnya dan diganti dengan 1288 Hijrah/Jun/Juli 1871 Masehi. Beberapa orang penulis yang menyebut bahwa Haji Abdur Rahman Shiddiq lahir pada tahun 1857 Masihi, di Kampung Dalam Pagar Martapura Kalimantan Selatan pada masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mu’tamidillah (1825-1857 M).[1] Nama kecil atau panggilannya adalah Durahman, sedang nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Muhammad ‘Afif bin Muhammad Jamaluddin al-Banjari.[2]
Nama ayahnya adalah Syekh Muhammad Afif (Datu Landak) bin Anang Mahmud bin H.Jamaluddin bin Kyai Dipasunda bin Pardi (Pangeran Diponogoro). Sedangkan nama ibunya adalah Shafura binti H. Muhammad Arsyad (Pagatan). Silsilah dari pihak ayahnya, bertemu pada Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dari istrinya yang bernama Gowat (Go Hwat Nio) seorang keturunan Cina. Dari istrinya ini Syekh Muhammad Arsyad memiliki enam orang anak, di antaranya adalah Khalifah Haji Zainuddin. Haji Zainuddin kawin dengan Ambas melahirkan tujuh orang anak, satu di antaranya bernama Sari. Sari bersuamikan Mahmud dan melahirkan tujuh orang anak, satu di antaranya adalah Haji Muhammad Afif, orangtua dari Abdurrahman.
Silsilah keluarga dari pihak ibu juga bertemu pada Syeikh Muhammad Arsyad dari istrinya yang bernama Bajut. Bajut melahirkan anak yang bernama Syarifah. Syarifah bersuamikan Usman dan melahirkan Muhammad As’ad yang kawin dengan Hamidah dan melahirkan 12 orang anak. Salah satu di antara anak Muhammad As’ad dan Hamidah bernama Muhammad Arsyad. Muhammad Arsyad beristrikan Ummu Salamah dan melahirkan tujuh orang anak, satu di antaranya bernama Shafura dan Shafura inilah ibu dari Abdurrahman Siddiq.
Abdurrahman Siddiq merupakan zuriat kelima dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1770-1812 M), yang urutannya adalah Abdurrahman Siddiq bin Shafura binti Mufti H. M. Arsyad bin Mufti H. Muhammad As’ad bin Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad. Kemudian apabila dilihat dari pihak neneknya, Ummu Salmah, Abdurrahman Siddiq merupakan generasi keempat dari Syekh Muhammad Arsyad, yakni Abdurrahman Siddiq bin Shafura bin Ummu Salamah binti Pangeran Mufti H. Ahmad bin Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.[3]
Berdasarkan susur galur silsilah Syekh Abdurrahman Shiddiq tersebut, dari kedua belah fihak (ayah dan ibunya) bersambung nasab pada Syakh Muhammad Arsyad al-Banjari ulama Nusantara yang sangat terkenal di kalangan ummat Islam.