Syekh Muhammad Kasyful Anwar

Syekh Muhammad Kasyful Anwar: Ulama Pembaharu yang Menyalakan Obor Ilmu dari Kalimantan Selatan

Syekh Muhammad Kasyful Anwar adalah sosok penting di balik kemajuan pendidikan Islam di Kalimantan Selatan. Lahir pada 29 Maret 1887 di Kampung Melayu, Martapura, beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga ulama dan sejak kecil telah menghafal Al-Qur’an.

Pendidikan formal belum tersedia saat itu, sehingga beliau menimba ilmu langsung dari para masyayikh, termasuk ayahandanya KH Ismail bin Muhammad Arsyad yang bersilsilah dengan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Pada usia sembilan tahun, ia berangkat haji bersama keluarga dan menetap di Makkah untuk menuntut ilmu.

Meski belum mahir bahasa Arab, ia gigih belajar kepada ulama-ulama besar seperti Sayyid Ahmad bin Abu Bakar Syatha, Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas, dan Syekh Muhammad Ali Al-Maliki.

Ia tidak hanya mempelajari kitab-kitab klasik, tetapi juga menelusuri sanad keilmuan dalam bidang fiqih, hadits, wirid, dan hizib.

Sepulang dari Makkah, beliau menjadi pimpinan ketiga Pondok Pesantren Darussalam Martapura pada tahun 1922. Dalam 18 tahun kepemimpinannya, beliau melakukan pembaruan besar: dari sistem halaqah tradisional menjadi pembelajaran klasikal dan berjenjang.

Ia juga menyusun kurikulum, meningkatkan kualitas guru, serta memperbaiki infrastruktur. Hasilnya, Darussalam berkembang menjadi pusat pendidikan Islam terbesar di Kalimantan dan mencetak banyak ulama besar, termasuk KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Guru Sekumpul).

Selain mengajar, Syekh Muhammad Kasyful Anwar juga produktif menulis. Di antara karyanya: Risalah Tauhid, Durutsuttashrif, Targhib Al-Ikhwan fi Tajwid Al-Qur’an, dan terjemahan Hadis Arbain dalam bahasa Arab-Melayu. Gaya hidupnya sederhana meski berkecukupan.

Ia berdagang emas dan intan, memiliki sawah dan kebun, namun tetap menolak menerima zakat. Justru dari hartanya sendiri ia menggaji para guru pesantren.

Beliau wafat pada 18 September 1940 dalam usia 55 tahun dan dimakamkan di kampung halamannya. Sosoknya dikenang sebagai ulama Ahlussunnah wal Jama’ah yang bukan hanya alim, tetapi juga visioner dan mandiri.

Editor: