Menara Masjid

Menara Masjid: Dari Simbol Keislaman hingga Kontroversi Global

Menara masjid telah menjadi bagian tak terpisahkan dari arsitektur Islam di berbagai belahan dunia. Selain sebagai tempat muazin mengumandangkan azan, menara juga berfungsi sebagai penanda keberadaan masjid dari kejauhan.

Namun, tahukah Anda bahwa menara masjid tidak selalu ada sejak awal sejarah Islam?

Dari Atap Rumah ke Menara Tinggi

Pada masa Nabi Muhammad, azan pertama kali dikumandangkan tanpa menara. Bilal bin Rabah, muazin pertama dalam Islam, naik ke atap rumah atau dinding masjid untuk menyerukan panggilan salat. Struktur bangunan di Arab saat itu memungkinkan praktik ini karena atap rumah yang datar dan kokoh.

Seiring berkembangnya Islam, arsitektur masjid mulai mengalami perubahan. Pada masa Dinasti Umayyah di abad ke-8, menara pertama mulai dibangun, terinspirasi dari menara gereja di wilayah yang ditaklukkan Islam, seperti Suriah. Masjid Umayyah di Damaskus menjadi salah satu masjid pertama yang memiliki menara.

Menara Masjid dan Perkembangannya

Menara masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat azan, tetapi juga menjadi bagian dari seni arsitektur Islam. Beberapa masjid memiliki satu menara, sementara lainnya, seperti Masjid Sultan Ahmed (Masjid Biru) di Istanbul, memiliki enam menara yang sempat menimbulkan kontroversi.

Kala itu, hanya Masjidil Haram di Mekkah yang memiliki enam menara. Untuk meredam kritik, Sultan Ahmed I kemudian menambah satu menara lagi di Masjidil Haram.

Namun, tidak semua menara masjid bertahan dalam fungsinya. Di Seville, Spanyol, menara masjid berubah menjadi menara lonceng gereja setelah wilayah itu ditaklukkan oleh pasukan Kristen pada abad ke-14.

Menara Masjid di Eropa: Simbol atau Ancaman?

Di era modern, menara masjid menjadi perbincangan global, terutama di negara-negara Barat. Masjid Essalam di Rotterdam, Belanda, berhasil dibangun dengan dua menara setinggi 50 meter meskipun sempat mendapat tentangan.

Sebaliknya, Swiss melarang pembangunan menara masjid melalui referendum pada 2011 dengan alasan kekhawatiran terhadap penyebaran radikalisme Islam.

Dari masa ke masa, menara masjid tidak hanya berfungsi sebagai bagian dari bangunan ibadah, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial, budaya, dan politik di berbagai negara.

Di satu sisi, menara menjadi lambang keindahan dan kebanggaan Islam, namun di sisi lain, menara juga dapat memicu perdebatan di era modern.

Editor: