BORNEO online, Banjarmasin – Keberadaan stick cone yang digunakan sebagai pengaman bagi jalur sepeda di kawasan Jalan A Yani Kota Banjarmasin ternyata menimbulkan polemik di masyarakat.
Bahkan, salah satu warga, Dedi Ahmadi warga Banjarmasin berharap posisi tongkat yang berwarna orange cerah tersebut tidak diadakan lagi dan dilepas seluruhnya, mengingat bisa membahayakan pengendara.
Bagi Dedi, pengguna sepeda saat ini hanya sekedar hobi dan gaya hidup. Aktivitas sepeda juga tidak rutinitas, sehingga itu dirasanya tidak urgent untuk fasilitas sepeda.
“Sepeda itu tidak setiap hari, dan sepeda itu di Banjarmasin adalah gaya hidup atau sekedar hobby, berbeda dengan di luar negeri yang mana memang diperuntukkan untuk ke kantor dan kegiatan sehari-hari,” ungkapnya saat dihubungi via Whatsapp Senin (28/12) siang, dilansir dari Kalimantanpost.
Hal senada juga diutarakan oleh Dzuardi Mufti Ramadhani, bahwa posisi stick tidak penting bila masih banyak item pembangunan yang harus dikerjakan. Misalnya perbaikan jalan yang berlobang dan lainnya.
“Malah menurut saya Pemko kurang melakukan sosilaisasi tentang fasilitas,” ungkapnya.
Menurutnya, penggunaan marka jalan sebagai penanda jalur sepeda dinilai lebih aman dan nyaman bagi pengguna sepeda maupun pengguna jalan lainnya.
“Walaupun dipasang, masih banyak pengguna motor yang masuk lajur sepeda. Jadi saya rasa kurang efektif penggunaan stick cone ini,” pungkas anggota club sepeda KELANA itu.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Banjarmasin, Slamet Begjo mengakui, bahwa kebijakan yang baru tersebut memang belum berjalan mulus seperti yang diharapkan.
“Namanya juga baru, jadi wajar ada beberapa kelompok masyarakat yang mengkritik,” ujarnya.
Ia menilai, penggunaan stick cone tersebut sudah benar dan sesuai dengan Undang-Undang. Pasalnya, jika hanya menggunakan marka jalan sebagai penanda lajur sepeda tidak menjamin keselamatan bagi pengguna sepeda.
“Kalau hanya sekedar marka kan agak kabur, Jadi stick cone ini diadakan untuk membedakan sekaligus sosialisasi
lajur mana yang khusus sepeda dan kendaraan bermotor,” tukasnya.
Saat ditanya terkait kritik dan saran yang disampaikan, pihaknya mengaku siap menerima apapun bentuk keluhan masyarakat. Apakah efektif atau tidaknya penggunaan stick cone tersebut.
“Semua itu kita kita jadikan evaluasi kedepan, yang namanya sebuah pembangunan tidak bisa keinginan masyarakat serta merta dituruti dan dikembalikan seperti sebelumnya,” jelas Slamet.
Selain itu, Slamet juga mengakui bahwa sosialisasi tentang lajur baru pesepeda itu juga belum maksimal. Meski sudah mengajak beberapa club goes di banjarmasin.
“Memang belum maksimal untuk sosialisasinya. Makanya sudah jadi hal yang biasa kebijakan baru mendapat kritikan,” tandasnya.
Lantas, apakah stick cone tersebut kemungkinan akan kembali ditiadakan?
Slamet kembali menegaskan, bahwa keputusan tersebut tergantung dari hasil evaluasi pihaknya bersama pihak Forum LLAJ dan kelompok goes.
“Sampai saat ini kita sambil melakukan evaluasi, kalau memang hasilnya diputuskan untuk dicabut maka kita tidak akan memasangnya lagi,” tutupnya.
Editor: Ghaf