Aksi Muhammadiyah

Aksi Muhammadiyah Untuk Serukan Boikot Produk Prancis

hancau.net – Aksi Muhammadiyah Untuk Serukan Boikot Produk Prancis Sebelum Ada Permohonan Maaf Dari Macron.

Senin (02/10/20), Massa dari Pengurus Daerah Muhammadiyah bersama sejumlah ormas Islam lainnya menggelar aksi di depan kantor Konsulat Kehormatan Prancis, bertempat di Gedung Jayanata, Jalan Mawar Surabaya.

Dalam aksi tersebut, massa mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai melukai umat Islam karena membiarkan tindakan penistaan terhadap Nabi Muhammad SAW dengan dalih kebebasan berekspresi.

Koordinator aksi yang juga Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Surabaya, Devi Kurniawan meminta Presiden Prancis menyampaikan permohonan maaf.

Sebelum ada permintaan maaf, Muhammadiyah dan sejumlah ormas Islam di Surabaya menyerukan agar umat Islam di Indonesia memboikot produk-produk yang berasal dari Prancis.

Massa juga mengapresiasi Presiden Joko Widodo yang telah melakukan teguran terhadap ucapan Presiden Prancis yang telah melukai umat Islam.

Muhammadiyah Serukan Boikot Produk Prancis. Selain itu, massa aksi tersebut juga mendorong Pemerintah Indonesia untuk menarik Kedutaan Besar di Prancis selama Presiden Emmanuel Macron tidak menyampaikan permintaan maaf.

EFEK BOIKOT PRODUK PRANCIS

Kasno, seorang pemilik warung di pinggir jalan mengatakan, bahwa isu tentang boikot produk Perancis, hanya bikin pedagang bingung dan resah.

Selain menjadi tujuan warga sekitar membeli barang kebutuhan harian memang kerap menjadi tempat persinggahan para pengendara motor.

Sekadar berhenti untuk membeli minuman. Isu tentang boikot produk Perancis, kata Kasno, hanya bikin pedagang bingung dan resah.

Selain pedagang, kaum ibu juga menyuarakan keresahan mereka di media sosial. Banyak ibu yang mengaku bingung dengan seruan boikot di media sosial.

“Ini musim pandemi, kata dokter anak anak butuh nutrisi untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Lah, kalau nanti boikat-boikot itu biasanya pedagang sembunyikan produk, terus produk jadi langka dan harganya naik, bagaimana saya mau mengatur biaya hidup keluarga?” kata Ningsih, seorang ibu berusia 25 tahun yang tinggal di Cibubur. (fix)

Editor: