hancau.net – Pada awal diperintahkannya ibadah puasa, terjadi sebuah peristiwa unik dan sarat makna yang menggambarkan kearifan Rasulullah SAW dalam menghadapi kesalahan seorang sahabat. Kisah ini diceritakan oleh Syekh Ahmad Rofi Usmani dalam bukunya “Pesona Ibadah Nabi.”
Kejadian di Masjid Nabawi
Suatu hari di bulan Ramadan, Rasulullah SAW berkumpul bersama para sahabat di Masjid Nabawi selepas salat Ashar. Pertemuan itu berlangsung khidmat hingga tiba-tiba seorang pria datang dengan wajah sedih dan penuh kebingungan. Setelah memberi salam, pria itu mengaku dengan suara pelan:
“Celaka aku, wahai Rasulullah!”
Ketika Rasulullah menanyakan apa yang terjadi, pria itu dengan malu mengungkapkan bahwa ia telah bersetubuh dengan istrinya di siang hari saat berpuasa. Wajahnya memerah, dan kepalanya tertunduk dalam-dalam, menunjukkan rasa malu dan penyesalan yang mendalam.
Baca juga: Kisah Haru dan Inspiratif! Tunanetra Tak Halangi Dwi Wahyuni Raih Prestasi
Solusi Rasulullah: Penuh Kearifan dan Empati
Rasulullah SAW, dengan kelembutan hatinya, memberikan beberapa solusi kafarat (denda) atas pelanggaran tersebut:
- Memerdekakan seorang budak.
Pria itu mengaku tidak mampu. - Berpuasa selama dua bulan berturut-turut.
Pria itu kembali berkata, “Bagaimana mungkin aku mampu? Baru beberapa hari berpuasa saja sudah tidak tahan,” ujarnya dengan jujur. - Memberi makan 60 orang miskin.
Lagi-lagi, pria itu menyatakan ketidakmampuannya.
Melihat kondisi sahabat itu, Rasulullah SAW akhirnya memerintahkan seseorang untuk membawa sekeranjang kurma dan menyerahkannya kepada pria tersebut. “Ambillah dan sedekahkan kurma ini,” ucap Rasulullah.
Namun, jawaban pria itu membuat suasana menjadi ringan. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, di antara dua gunung Madinah, tidak ada keluarga yang lebih membutuhkan kurma ini selain keluargaku sendiri.”
Rasulullah Tertawa dan Memberi Solusi Terbaik
Mendengar kejujuran sahabat itu, Rasulullah SAW tersenyum lebar hingga terlihat gigi serinya. Dengan penuh kasih sayang, beliau berkata, “Kalau begitu, berikan kurma ini untuk keluargamu.”
Pria itu pun pulang dengan hati lega, memanggul sekeranjang kurma untuk keluarganya.
Pelajaran Berharga
Kisah ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW adalah pemimpin yang bijaksana dan penuh empati. Beliau tidak hanya memberikan solusi sesuai syariat, tetapi juga memahami kondisi nyata umatnya. Sikap Rasulullah mengajarkan beberapa hal penting:
- Keadilan dalam memberi hukuman: Tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama dalam menanggung kafarat.
- Kelembutan dalam berdakwah: Rasulullah tidak menghakimi, melainkan mendidik dengan kasih sayang.
- Pentingnya memahami situasi individu: Solusi yang diberikan tidak hanya sesuai hukum, tetapi juga realistis dan membawa manfaat nyata.
Kisah ini bukan sekadar cerita, melainkan contoh nyata bagaimana kita dapat menerapkan kebijaksanaan dan empati dalam kehidupan sehari-hari, terutama saat menghadapi kesalahan orang lain.