apahabar.com, BANJARMASIN – Dalam suatu riwayat Rasulullah SAW menyebut golongan orang yang tak bisa melihatnya di hari kiamat. Lalu siapa mereka?
Ad-Dailami dan Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa Sayyidatina Aisyah RA binti Abu Bakar RA, istri Rasulullah SAW, suatu dini hari terbangun.
Ia kemudian mengisi waktu dengan menjahit pakaian-pakaian yang membutuhkan penanganan.
Sayyidatina Aisyah RA kemudian mengumpulkan beberapa pakaian bermasalah. Ia lalu mulai menjahit.
Namun di tengah aktivitasnya, jarum jahit terjatuh dari tangannya. Lampu ruangan mendadak padam. Ia pun diam sejenak mengucap tarji’ (innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn).
Di tengah kegelapan itu, Rasulullah SAW masuk ke rumah. Seisi ruangan yang awalnya gelap menjadi terang benderang oleh sinar wajah Rasulullah SAW sehingga Sayyidatina Aisyah RA dapat menemukan jarumnya yang jatuh karena begitu terang ruangan.
“Betapa terangnya cahaya wajahmu wahai Rasulullah. Semoga Allah memberikan shalawat-Nya untukmu,” kata Sayyidatina Aisyah RA gembira.
“Wahai Aisyah, celakalah orang yang tidak melihatku kelak di hari kiamat,” kata Rasulullah SAW.
“Siapakah orang yang tidak akan melihatmu di hari kiamat nanti?” “Orang bakhil,” jawab Rasulullah SAW.
“Siapakah orang bakhil wahai Rasulullah?” tanya Sayyidatina Aisyah RA.
“Orang yang mendengar namaku disebut tidak membaca shalawat,” kata Rasulullah SAW.
Sebagaimana diketahui, Nabi Muhammad SAW memiliki peran kunci dalam persidangan akbar amal manusia dari awal hingga akhir pada hari kiamat.
Nabi Muhammad SAW memiliki mandat dari Allah SAW untuk memberikan syafaat.
Sedangkan orang-orang membutuhkan keselamatan di hari besar tersebut.
Adapun hadits “Orang yang mendengar namaku disebut tidak membaca shalawat,” merupakan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di Kitab Adabul Mufrad, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ahmad, At-Thabarani, Al-Baihaki, Ibnu Hibban, dan perawi lainnya.
Adapun cerita ini disadur dari hikayat yang diangkat oleh Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya (Indonesia, Al-Haramain Jaya: tanpa tahun), halaman 118.
Sumber: nu.or.id