hancau – Warga suku dayak yang muslim kerap menyediakan Lamang di hari kedua lebaran. Makanan ini disebut memiliki sejarah tersendiri.
Mengutip borneonews.co.id, Ketua Panitia Festival Habaring Hurung Pungkal menceritakan, untuk apa dan bagaimana orang zaman dahulu memasak lamang atau melamang.
“Malamang ini merupakan kebudayaan dari masyarakat suku Dayak. Memasak beras ketan yang dimasukkan ke dalam bambu disisipkan daun pisang lalu dibakar di atas api,” ujar Hurung Pungkal.
Hurung Pungkal menjelaskan bahwa Malamang merupakan kebiasaan memasak orangtua di zaman dulu. Lamang diriwayatkan sebagai makanan persembahan atau sesajen suku Dayak Hindu Kaharingan.
Ia juga menambahkan, lamang khas Kalimantan dimasak dengan bambu pilihan, biasa disebut bambu humbang lawas namanya.
Bambu jenis itu bentuknya tipis dan masih muda. Penggunaan bambu kategori ini berpengaruh terhadap tingkat kematangan dan rasa lamang itu sendiri.
“Berbeda dengan bambunya orang Jawa, kalau bambunya orang Kalimantan khususnya yang dipakai malamang ini bentuknya tipis, sehingga proses memasaknya pun tidak lama,” jelasnya.
Untuk kelestarian budaya malamang, Pungkal berharap ada kepedulian dari masyarakat Kotim, khususnya generasi muda agar mau belajar bagaimana cara membuat lamang sehingga budaya malamang tetap tejaga.
Di Lebaran, Lamang dipadukan dengan beberapa masakan khas lebaran seperti rendang, opor dan lainnya.