BORNEO online, Jakarta — Allah SWT telah menyuruh kepada para hambaNya untuk meminta apa saja kepadaNya dengan garansi penuh akan dikabulkan segala permintaan doa kita. Ratusan doa telah kita panjatkan, ribuan permintaan telah kita haturkan dengan penuh takdzim, khidmah, dan khusyuk. Pagi-petang, siang-malam, bahkan setiap waktu di sela-sela kesibukan.
Yang dipinta pun beraneka macam, minta kaya berkecukupan, karier lancar, umur panjang, keselamatan, kesehatan, naik gaji, naik haji, rumah sendiri, punya mobil, lunas utang dsb. Semua dipinta dan itu sah-sah saja, bahkan Tuhan sangat senang ketika diminta oleh hambaNya. Dalam satu riwayat, bahkan diilustrasikan bahwa Tuhan “kangen” dengan doa-doa kita.
Nyatanya, saat waktu berlalu, tidak sedikit yang diam-diam berguman protes dalam hati: “Kok saya belum bisa naik haji, padahal doa sudah tak jemu-jemu?” Atau “Kok karier saya begini-begini saja, padahal doa sudah dilantunkan usai tahajud tengah malam?” “Kok rumah masih ngontrak?” “Kok utang tidak lunas-lunas, padahal sudah dikasih resep doa Nabi khusus pelunas utang? Lha kok malah nambah…
Lalu kemana larinya doa-doa itu? Nasibnya bagaimana? Ada yang salahkah dengan doa-doanya? Atau doa sekarang sudah tidak manjur lagi? Wah kalau diteruskan bisa-bisa terjebak dalam buruk sangka kepada Allah. Naudzubillah!
Pembaca, santai saja. Untuk menjawab kegalauan di atas, mari kita kaji sabda Rasul berikut ini: “Jika seorang muslim berdoa, di mana doanya tidak mengandung keburukan atau minta putus kekerabatan, maka Allah pasti mengabulkannya dengan tiga cara: ditunda pengabulannya atau disimpannya untuk akhirat kelak atau Allah mengonversinya menjadi keselamatan dari marabahaya” (HR. Ahmad dari Alkhudry).
Selama doa kita baik (tidak mengandung dosa dan keburukan, contohnya mendoakan celaka bagi orang lain atau doa minta pemutusan silaturahmi dengan kerabat), maka Nabi menggaransi bahwa status doa kita TERKABUL dengan tiga kemungkinan sebagai berikut:
Pertama, doa kita ditunda pengabulannya, bukan ditolak, tetapi ditunda. Mengapa? Allah yang Maha tahu. Mungkin Allah memprioritaskan permintaan hambaNya yang lain yang lebih mendesak kebutuhannya, bisa jadi.
Ambil contoh misalnya, kita punya hajat mengundang para tamu untuk menghadiri resepsi pernikahan anak kita. Sudah pasti kita berdoa agar Allah melancarkan acaranya, tamu datang semua karena semua akomodasi dan konsumsi sudah dipesan, tendapun sudah dipasang. Kita berdoa semoga hari-H tidak hujan. Begitu kira-kira doa dan harapan kita.
Pada saat yang sama, tetangga kita yang seorang petani ulet, berdoa kepada Allah agar disegerakan turun hujan karena kemarau yang panjang mengancam tanaman padinya. Nah, dua doa tersebut berkontradiksi. Lalu Allah yang maha bijak nan adil memilih memberikan anugerah hujan kepada sang petani. Hujan deras turun persis saat acara resepsi pernikahan anak kita. Kursi tetamu banyak yang kosong, makanan yang tersaji hanya menjadi pemandangan. Sedihlah kita. Siapa yang akan menghabiskan makanan sebegitu banyak? Demikian batin kita meratap.
Apakah doa kita tertolak? Apakah Allah tidak mengabulkan doa kita? Apakah doa kita tidak mustajabah?
Bukan! Sesungguhnya Allah, sebagaimana janji Nabi di atas, tidak menolak doa kita. Doa kita hanya terpending, tertunda, sebab Allah sedang memprioritaskan doa saudara kita yang lain yang barangkali lebih butuh hujan agar bisa panen demi untuk SPP anaknya, atau untuk pengobatan istrinya, atau untuk perbaikan rumahnya yang bocor atapnya, atau untuk keperluan mendesak lainnya yang Allah lebih tahu.
Sepekan setelah acara, kita kedatangan tamu, ternyata tetangga kita yang petani tersebut datang dengan senyum merekah. Dengan wajah sumringah dan mata berbinar dia menyalami kita sambil berucap: “Alhamdulillah musim ini, sawah saya panen besar berkat doa bapak, dan ini ada sedikit hasil panen biar sama-sama ikut merasakannya..”. Seonggok karung berisi beras ditaruhnya di depan pintu rumah kita. Allahu Akbar!!
Kedua, doa kita disimpan oleh Malaikat untuk nanti diambil saat kita di padang Akhirat. Jangan pernah mengira doa-doa yang kita panjatkan setiap hari hilang begitu saja, jangan anggap ia lari ke bak sampah, sebagaimana kita men-delete sebuah file dan membuangnya ke recycle bin di desktop kita.
Saat Allah menakdirkan kita tidak bisa berziarah ke Baitullah selama hidup kita di dunia misalnya, bukan berarti doa kita tidak manjur. Tidak, sekali lagi tidak. Doa kita disimpan rapi oleh para malaikat pengarsip amal. Nanti, saat sedang ditimbang amal perbuatan kita di padang mahsyar, para Malaikat dengan senang hati membuka arsip-arsip doa kita.
Jika para jamaah haji yang mabrur saat itu dikawal para malaikat untuk memasuki gerbang surga, sebagaimana janji Nabi bahwa haji mabrur balasannya hanya surga, tiba-tiba malaikat memanggil nama kita untuk ikut masuk dalam barisan jamaah haji yang mabrur itu. Kita pun bertanya-tanya, bukankah dulu aku tidak mampu berhaji? Kenapa namaku dipanggil?
Malaikat menjawab, memang engkau dulu tidak mampu berhaji, tetapi doamu yang tak jemu-jemu itu aku arsipkan dan ambillah sekarang pengabulan doamu itu, sebab Rasul pernah berkata: Barang siapa dengan niat tulus ingin meniru dan mendoakan saudaranya untuk suatu kebaikan dan dia tidak mampu untuk melakukannya, maka pahala kedua orang itu sama. Maka silakan berbaris rapi bersama para jamaah haji lainnya untuk masuk surga. Allahu Akbar!
Ketiga, Allah akan mengonversikan doa kita menjadi sebuah paket keselamatan dan keamanan dari marabahaya yang mengancam kita.
Betapa sering tanpa kita sadari, tiba-tiba kita terselamatkan dari suatu kecelakaan yang fatal. Seakan-akan ada juru selamat yang mengamankan kita. Biasanya jalan itu ramai dengan kendaraan berat yang melaju cepat. Ternyata saat kita terpeleset jatuh di tengah jalan tersebut, mendadak tidak ada satupun kendaraan yang lewat. Orang Jawa bilang: “Blahi slamet, celaka tapi selamat. Hanya luka kecil.”
Saat pulang dari musala, si Fulan mendapati rumahnya dalam keadaan terbuka, meski ia merasa sudah menguncinya dengan rapat. Padahal dompet tertinggal di atas meja, ponsel masih di-charge, kunci motor pun tergeletak di kursi. Dengan waswas ia memasuki rumah membayangkan hal terburuk. Apa yang terjadi? Semua masih utuh, uang yang di dompet tak berkurang, Hp sudah penuh charge, dan motor pun tampak gagah di garasi. Bersyukur bukan main ia. Padahal saat di musala ia berdoa sambil bertanya kepada Allah: Ya Allah mengapa pengajuan kredit mobilnku tidak disetujui bank?
Allah tidak menolak doanya, tetapi Allah menggantinya dengan keselamatan dan keamanan hartanya. Allahu Akbar!
Itulah larinya doa-doa kita. Selama doa baik, semua pasti dikabulkan Tuhan. Namun, Tuhan puya caranya sendiri untuk memberikan yang terbaik bagi kita. So, jangan pernah berhenti berdoa. Pasti dikabulkan!
.
madaninews.id