bukankoran – Berbicara mengenai sejarah, Indonesia merupakan salah satu negara yang dalam sejarahnya penuh dengan kebohongan.
Jangan khawatir, karena bukan hanya Indonesia, hampir seluruh negara di dunia berpijak di atas kebohongan untuk bisa menjaga identitasnya agar tidak terlalu buruk, khususnya di depan rakyat.
Pada dasarnya beberapa kebohongan yang terlanjur tertulis di buku sejarah merupakan ketidaksengajaan. Namun mengapa bisa menjadi sejarah? Mari simak tulisan ini sampai habis.
Penjajahan 350 tahun oleh Belanda
Di beberapa buku sejarah tentu kita telah membaca bagaimana lamanya Belanda menjajah bangsa Indonesia selama 350 tahun, tapi sayangnya harus kita akui bahwa ini adalah sebuah kebohongan.
Angka 350 tahun ini kerap dipakai oleh Sukarno dan orang-orang yang biasa berorasi di masa lalu untuk membakar semangat juang orang-orang Indonesia.
Namun, bukan tanpa dasar angka tersebut dipakai oleh para orator di masa lalu. Angka tersebut diambil dari tahun kedatangan Cornelis de Houtman ke Banten tahun 1596 hingga masa kependudukan Jepang dimulai di tahun 1942.
Jika hitung-hitungan secara matematika, rentang waktu tersebut berjumlah 346 tahun. Biar pas dijadikanlah angka 350 tahun itu.
Perlu diingat para orator di masa lalu menyebutkan angka 350 tahun hanya untuk melecut patriotisme, bukan dalam kajian akademik. Tapi ketika pemerintah Indonesia mulai mapan, kemudian buku-buku sejarah dicetak untuk mengajar anak-anak di sekolah. Angka 350 tahun ini menjadi angka yang final.
Jika kita memiliki tingkat nasionalisme yang tinggi, kita tidak perlu lagi kebohongan-kebohongan semacam ini.
Bangsa Barat Pertama Kali ke Nusantara
Bangsa barat pertama kali menginjakkan kaki di wilayah kepulauan nusantara pada tahun 1511. Kehadiran bangsa barat tersebut tidak lain dan tidak bukan dengan tujuan menjajah dan memonopoli perdagangan.
Saat itu kedatangannya di bawah pimpinan Alfonso de Alburquerque dari Portugis.
Di tahun itu Portugis menjajah Malaka, yang pada saat itu merupakan salah satu kerajaan yang cukup lemah di Nusantara.
Berselang hampir satu abad, di tahun 1596 Belanda datang, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Sayangnya, ketika sampai di Banten Cornelis dan ratusan prajuritnya dibantai oleh Sultan Banten, ia dibiarkan hidup dengan persyaratan tertentu.
Jadi, jika di beberapa buku sejarah ditulis bahwa penjajahan Belanda dimulai sejak kedatangan Cornelis de Houtman maka itu tidak relevan.
Boro-boro ingin menjajah, Cornelis de Houtman malah dipermalukan dan pulang ke Belanda dengan rasa malu yang luar biasa.
5 tahun kemudian Cornelis de Houtman datang kembali ke nusantara, kali ini ke Aceh.
Nahas bagi Cornelis de Houtman, ia dibunuh oleh seorang wanita yang bernama Laksamana Malahayati dalam sebuah duel.
Sejarah Singkat VOC
Vereenigde Oost Indische Compagnie atau lebih kita kenal VOC berdiri pada tahun 1602 di Indonesia. Pendirian VOC ini sendiri pun tidak murni dari kerajaan Belanda, ada campur tangan organisasi bernama freemason.
Pada masa itu Belanda tidak memiliki “ongkos” untuk menjajah Indonesia, maka didirikanlah VOC. Ironinya, di saat yang bersamaan Belanda sedang dijajah oleh Spanyol.
Sejarah juga menyebutkan, pada awal tahun 1800-an Belanda masih terjajah oleh Prancis. Kemudian, di tahun 1940-an Belanda juga dijajah oleh Jerman.
Secara garis besar kita dijajah oleh negara “pecundang” di Eropa.
VOC membuat perjanjian terhadap pemerintah Belanda, bahwa akan ada pembagian hasil jajahan di negeri yang sekarang kita sebut Indonesia. Namun, VOC meminta hak oktroi kepada Belanda, yakni sebuah keistimewaan yang dimiliki VOC untuk menjalankan perdagangan di kawasan Hindia.
Tentu saja dengan beberapa kelebihan, seperti membuat mata uang sendiri, membuat tentara sendiri, membuat perjanjian mewakili pemerintah Belanda, dan lain sebagainya.
Secara keseluruhan di dalam perjanjian tersebut, hak-hak sebagai sebuah negara, VOC juga memilikinya. Walaupun VOC hanyalah sebuah kongsi dagang.
Salah satu karya VOC yang masih kita pakai hingga sekarang adalah ‘duit’.
Pada masa itu VOC memiliki hak untuk membuat mata uang sendiri, yakni duit. Diambil dari kata deutschland. Semakin ke sini, menjadi bahasa serapan sehari-hari yang tidak bisa kita hilangkan.
Apakah VOC melakukan penjajahan? Kita bisa katakan tidak, mari kita runut.
VOC berdiri pada tahun 1602 dan berakhir di tahun 1779 di bulan Desember.
Selama VOC berdiri, ia berhasil menaklukkan Banten pada tahun 1633. Kemudian, mengalahkan Sultan Hasanuddin dan menguasai Makassar tahun 1667. Lalu terlibat di dalam skandal pemisahan Jogjakarta tahun 1755.
Jika pun ingin dikatakan bahwa VOC melakukan penjajahan, mereka hanya menjajah 3 wilayah tadi. Namun nyatanya, tidaklah demikian.
Di Banten, VOC hanyalah memanfaatkan konflik internal antara Sultan Ageng Tirtayasa dan anaknya untuk menggulingkan Sultan Ageng saat itu.
Di Makassar, VOC selalu mengalami kegagalan untuk mengalahkan Sultah Hasanuddin selama 15 tahun. Sultan Hasanuddin memiliki kekuatan yang jauh lebih superior. Namun, kekalahan Hasanuddin tidaklah murni oleh VOC.
Ketika itu VOC berkomplot dengan Raja Bone, Arung Palaka. Hal ini dilakukan VOC semata-mata untuk mengalahkan Hasanuddin.
Akhirnya, di akhir tahun dan akhir abad VOC bangkrut dan bubar. Kenapa bisa bangkrut? Ya, korupsi.
Korupsi seakan mendarah daging di tubuh para penguasa, bahkan hingga era keterbukaan informasi sekarang ini.
Prancis dan Inggris di Nusantara
Sepeninggalnya VOC, pada tahun 1808 datanglah Prancis yang dipimpin oleh Herman Willem Daendels. Beberapa bangunan peninggalan Prancis masih lekat di beberapa daerah di Jawa, terutama Bandung. Itulah kenapa kita kenal Bandung sebagai Paris Van Java.
Kedatangan Daendels saat itu pun bukanlah dengan tujuan menjajah, melainkan untuk mempertahankan beberapa benteng yang pernah dibangun. Sejatinya saat itu, kerajaan Mataram masih berkuasa. Selain itu untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris yang ternyata datang 3 tahun kemudian.
Pada tahun 1811 Inggris datang, dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles. Thomas tidak terlalu berkuasa dan mengembalikan daerah jajahan di pulau Jawa ke pemerintah Belanda pada tahun 1816.
Ketika itu pemerintah Belanda baru sadar bahwa memiliki tanah jajahan. Barulah pada saat itu Belanda mulai akan menaklukkan Nusantara di tahun tersebut.
Belanda Menjajah Nusantara
Meletuslah beberapa peperangan di nusantara. Seperti perang Saparua di Maluku, perang Padri, dan perang Diponegoro. Belanda baru bisa menaklukkan Jawa pada tahun 1830. Ingat, hanya pulau Jawa saja.
Bali takluk kepada Belanda pada tahun 1904. Kemudian Aceh, walaupun nyatanya Aceh tidak pernah ditaklukkan secara de facto. Secara de jure Belanda mengklaim kemenangannya atas Aceh.
Berlanjut penaklukkan ke Raja Batak dan Pangeran Antasari.
Belanda baru bisa menaklukkan wilayah yang saat ini kita sebut Indonesia (tanpa Papua) di tahun 1907.
Maka, secara resmi penjajahan Belanda atas Indonesia adalah tahun 1907 sampai tahun 1949 (de jure versi orang Eropa). Walaupun di tengah-tengah penjajahan tersebut diselingi oleh Jepang di tahun 1942.
Hal ini masih menjadi perdebatan beberapa pihak. Sejatinya di tahun 1942 Belanda tidak pernah menyerah kepada Jepang. Yang menyerah saat itu hanyalah tentara Belanda di Kalijati. Sedangkan Belanda kabur ke Australia dan membentuk NICA untuk mempertahankan tanah jajahannya.
Indonesia baru benar-benar terlepas dari penjajahan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 dengan ditandatanganinya perjanjian meja bundar.
Dapat kita ambil kesimpulan, secara sejarah ada 2 versi penjajahan Belanda di Indonesia.
Versi Indonesia, penjajahan Belanda mulai tahun 1907 hingga 1942. Sedangkan versi Barat, penjajahan Belanda mulai tahun 1907 hingga 1949.
Masih yakin Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun?