apahabar.com, BANJARMASIN – Berawal dari penyakit kanker yang menggerogoti tubuhnya, Ali Banat, seorang miliarder muslim akhirnya menyumbangkan seluruh kekayaannya untuk kaum miskin di Afrika.
Ali Banat adalah seorang pengusaha muda sukses asal Australia yang membesarkan perusahaan di bidang keamanan dan listrik.
Pria kelahiran 16 Februari 1982 ini juga dikenal sebagai pebisnis yang memiliki gaya hidup mewah.
Ia adalah kolektor mobil, jam tangan, sepatu, topi, kacamata dan barang-barang mahal lainnya.
Sebut saja, ia memiliki mobil sport seharga US$600.000 atau sekitar Rp8,3 miliar dan gelang US$60.000 atau sekitar Rp833 juta.
Kisah inspiratif Ali Banat dimulai ketika ia divonis kanker stadium 4.
Dan kemudian diperkirakan hanya memiliki sisa waktu sekitar 7 bulan untuk bertahan hidup.
Dari situ, segalanya berubah. Ali mendedikasikan sisa hidupnya untuk kegiatan sosial dalam membantu kehidupan masyarakat miskin, khususnya warga Afrika.
Perjalanan Ali Banat juga didokumentasikan melalui video dalam laman Youtube OnePath Network dan viral pada akhir 2015 lalu.
Ali Banat sendiri wafat pada 29 Mei 2018 atau bertepatan dengan 13 Ramadan 1439 H.
Kisahnya berjuang melawan kanker kemudian menjadi sumber inspirasi dan pengingat bagi muslim di seluruh dunia untuk menebar kebaikan dalam hidup.
Dalam sebuah cuplikan video wawancara, Ali menyebut kanker adalah anugerah yang diberikan Allah SWT kepada dirinya.
“Saat ini aku telah diberi anugerah oleh Allah SWT, kanker di seluruh tubuhku. Aku mengubah jalan hidupku untuk membantu orang lain,” kata Ali.
Menurutnya, Allah SWT memberinya kesempatan untuk berubah melalui penyakit tersebut.
Seluruh hidupnya merupakan anugerah, bahkan seperti menghirup udara sekalipun.
Setelah mendengar diagnosis yang diberikan oleh dokter, ia pun menjual semua bisnisnya yang telah berjalan sukses. Termasuk mengubah gaya hidup mewahnya.
“Aku menjual mobilku, jam tanganku, bahkan juga baju-bajuku. Aku bawa ke luar negeri dan membagi-bagikannya. Aku ingin meninggalkan dunia ini tanoa memiliki apapun,” sambungnya.
Penyakit yang dianugerahkan kepadanya membuka mata Ali, bahwa ketika sakit dan sadar bahwa hidup tak lama lagi maka semuanya sudah tidak memiliki arti.
Seperti sebuah mobil sport bernilai miliaran rupiah, baginya tidak lebih bernilai dibandingkan sepasang sandal untuk anak-anak di Afrika yang bertelanjang kaki.
“Wallahi melihat mereka tersenyum dengan sepasang sendalnya itu lebih bernilai ketimbang mobil ini,” sebut Ali.
Ali mencurahkan sisa hidup dan hartanya untuk membantu orang-orang yang kekurangan.
Setelah perjalanan ke Afrika, Ali mendirikan sebuah proyek amal bernama ‘Muslim Around The World (MATW)’.
Tak lama setelahnya, melalui organisasi ini didirikan sebuah masjid dan sekolah di Afrika. Diharapkan dapat menjadi amal jariyah bagi Ali.
Ali berkisah, hatinya terketuk berawal ketika mengunjungi makam seorang teman yang juga meninggal akibat kanker.
Di pemakaman ia merenung bahwa saat meninggal tidak akan dapat membawa apa-apa.
“Tidak ada ibu, ayah dan saudara. Melainkan amal solehmu. Bahkan harta tidak ada gunanya untukmu. Satu-satunya yang berguna adalah sedekah,” imbuhnya.
Dalam video lain, Ali berpesan agar orang dapat memaksimalkan setiap anugerah yang dititipkan oleh Allah semasa hidupnya.
“Maka disisa-sisa hidupmu saudaraku, cobalah untuk bisa hidup dengan tujuan. Rencanakan sesuatu dan buat sebuah proyek yang engkau punya kontribusi di dalamnya,” pesannya.
“Sekalipun engkau tidak melakukan secara pribadi. Untuk saudara-saudaraku yang masih memburu kehidupan dunia ini, nasihatku adalah kehidupan ini menjadi tiada artinya,” lanjut dia.
“Demi Allah kita lebih mengikuti hawa nafsu ketimbang agama kita, kita harus berhati-hati,” pungkasnya.
Kini, proyek amal MATW yang didirikan Ali Banat terus berkembang.
Pada instagram @matw_project telah memiliki 380 ribu pengikut dan terus rutin membagikan informasi mengenai proyek-proyek amal serta penggalangan donasi.
Penulis: Musnita Sari