hancau – Inilah kisah Umar bin Khattab RA, salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang memiliki julukan sang singa padang pasir.
Mengutip buku “Umar bin Khattab” karya Muhammad Husain Haekal yang dilansir islam.nu.or.id, awalnya seorang Umar bin Khattab menentang ajaran Nabi Muhammad SAW bukan karena dia tidak mengerti dengan Islam.
Atau karena ia fanatik dengan agama nenek moyangnya, menyembah berhala.
Umar memiliki pemikiran kalau Nabi Muhammad SAW dengan ajaran barunya telah membuat masyarakat Quraisy secara khusus dan masyarakat Makkah secara umum terpecah belah dan berkonflik.
Dan dia tidak menghendaki keadaan seperti itu, Umar ingin agar masyarakatnya tidak pecah, bersatu, tertib, dan stabil.
Untuk mengembalikan keadaan masyarakat Quraisy seperti sediakala, maka caranya dengan menghentikan dakwah Nabi SAW dan pengikutnya.
Pemikiran yang seperti itu lah membuat Sayyidina Umar sangat keras menentang dan memusuhi Islam.
Bahkan, beberapa kali ia sampai berpikir untuk menghabisi Rasulullah SAW, orang yang dianggap telah memecah belah masyarakat Quraisy.
Manusia hanya berencana, namun Allah lah yang mewujudkannya.
Meski awalnya ia menentang Islam, tapi kelak Umar bin Khattab akan menjadi pembela Islam yang sangat gigih dan terdepan.
Ada beberapa dari riwayat yang menjelaskan mengenai awal mula dan sebab Umar bin Khattab RA mendapatkan hidayah dan masuk Islam.
Riwayat kedua, saat itu Sayyidina Umar hendak mencari teman-temannya untuk diajak mimum khamr.
Namun, dia tidak menemukan temannya itu, hingga akhirnya, dia memutuskan pergi ke Ka’bah untuk thawaf.
Sesampainya di Ka’bah, dia mendapati Nabi Muhammad SAW tengah mengerjakan salat.
Melihat hal itu, Sayyidina Umar penasaran dan ingin mendengar apa yang diucapkan Nabi Muhammad.
Lalu ia menyelinap ke dalam bilik Ka’bah, hingga jaraknya dengan Nabi SAW hanya dibatasi kain Ka’bah.
“Setelah saya dengar Al-Qur’an itu dibacanya, hati saya rasa tersentuh. Saya menangis; Islam sudah masuk ke dalam hati saya. Sementara saya masih tegak berdiri menunggu sampai Rasulullah selesai shalat,” kata Sayyidina Umar.
Rasulullah SAW pun pulang ke rumahnya setelah menyelesaikan salatnya, sementara itu ia membuntutinya dari belakang.
Ketika telah dekat dengan rumahnya, Nabi Muhammad SAW baru sadar kalau sedang diikuti Sayyidina Umar.
Awalnya Rasulullah SAW terperangah dan mengirakan sang sahabat yang setia itu akan menyakitinya.
Setelah ditanya maksud dan tujuan ia mengikuti Rasulullah SAW, Sayyidina Umar langsung menyatakan diri beriman dan bersyahadat.
“Kemudian ia (Nabi Muhammad saw.) mengusap dada saya dan mendoakan saya agar tetap tabah,” kenang Sayyidina Umar.
Riwayat ketiga, Umar bin Khattab RA mulai bersimpati dengan ajaran Nabi SAW ketika umat Islam berhijrah ke Abissinia.
Memang awal mulanya ia adalah orang yang keras menentang dakwah Islam, namun akhirnya menjadi iba setelah melihat kondisi umat Islam yang pergi dari kampung halaman dan meninggalkan orang-orang tercintanya, setelah mereka disiksa dan dianiaya.
Saat umat Islam hendak berangkat ke Abissinia, Sayyidina Umar berpapasan dengan Umi Abdullah binti Abi Hismah.
Setelah bercakap basa-basi dengan Umi Abdullah, Umar mendoakan agar Allah selalu menyertai rombongan yang hendak berangkat ke Abissinia itu.
“Kemudian dia pergi, dan saya lihat dia (Sayyidina Umar) sangat sedih karena kepergian kami ini,” cerita Umi Abdullah. (A Muchlishon Rochmat).