hancau – Melihat apa yang kita lalui, ada perasaan optimistis di kuartal pertama ini. Dari data harian, terlihat kita makin mampu mengendalikan pandemi. Meskipun ada sejumlah kendala, vaksinasi juga makin meluas penerimanya.
Bersamaan dengan fokus pada persoalan kesehatan, aktivitas ekonomi juga mulai bergerak. Jalan-jalan kembali macet, pusat-pusat perkantoran menggeliat dan pasar-pasar atau pusat belanja kembali ramai bahkan membeludak.
Pasar Tanah Abang adalah contoh paling aktual yang memunculkan kekhawatiran.
Kedisiplinan kita menjaga protokol kesehatan dan upaya vaksinasi yang makin masif semoga melindungi peningkatan aktivitas ekonomi yang juga sangat diperlukan untuk hidup.
Dengan catatan ini, kita optimistis menyambut Mei dan hari-hari ke depan. Meskipun, optimisme ini tidak perlu disikapi dengan berlebihan lantaran ancaman dan perubahan situasi bisa drastis jika disiplin kita kendor.
Presiden Joko Widodo mengemukakan, Covid-19 belum berakhir. Meskipun kurva kasus Covid-19 sudah melandai sejak Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro dan berjalannya vaksinasi, Jokowi meminta pihak untuk tidak optimistis berlebihan.
Masih Berperang
Perang belum dimenangkan dan belum berakhir. Jangan dulu berpuas diri. Jangan merasa situasi sudah terkendali. Jangan merasa sudah aman. Begitu pernyataan Jokowi di awal Mei.
Sebuah pernyataan yang bijak di tengah ancaman memburuknya situasi ada di depan mata bersamaan dengan libur Hari Raya Idul Fitri.
Sejumlah upaya dilakukan untuk mencegah ini dengan melarang Mudik Lebaran 2021. Larangan diberlakukan mulai 6-17 Mei 2021. Menjelang dan setelah tanggal itu dilakukan upaya pengetatan pergerekan orang dalam jumlah besar di waktu besamaan.
Pasti ada perasaan kecewa mendapati larangan ini setelah tahun 2020 larangan serupa juga dinyatakan. Dua kali hari raya, ritual tahunan yang merekatkan silaturahmi dan menguatkan akar kultural masing-masing dari kita tidak bisa dilakukan.
Demi kesehatan, keselamatan dan kebaikan bersama, kita perlu mencari cara lain untuk tetap bersilaturahmi dan menguatkan akar kultural masing-masing dari kita meskipun tidak mudik.
Meskipun tidak bisa menggantikan, teknologi memberi fasilitas untuk hal ini. Saat situasinya memungkinkan, hal yang tidak bisa tergantikan kita tunaikan.
Kapan itu akan terjadi? Kontribusi baik kita masing-masing akan mempercepat kemungkinan ini.
Tidak lelah menjalankan disiplin protokol kesehatan adalah kontribusi baik. Bersedia divaksin saat vaksin siap adalah kontribusi baik. Tidak mudik Lebaran 2021 adalah kontribusi baik.
Kita berharap, kontribusi baik bersama itu membuat kita bisa melalui libur Lebaran 2021 dan bulan Mei 2021 dengan hati tenang.
Banyak negara telah memberi kita pelajaran terang benderang dan sangat berharga. Dengan kontribusi baik bersama, semoga tidak terjadinya lonjakan kasus positif secara signifikan apalagi sampai tidak terkendali.
Kabar Baik di Kuartal Pertama Tahun 2021
O iya, kabar baik di kuartal pertama 2021 tercermin juga dari hasil survei terbaru Litbang Kompas para periode April yang baru saja dirilis.
Ada peningkatan derajat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Angka kepuasan publik ada di angka 69 persen atau meningkat dibandingkan Januari 2021 di angka 66,3 persen dan survei pada Agustus 2020 di angkat 65,9 persen.
Meningkatnya kepuasan publik ini paralel dengan peningkatan kepuasan publik pada bidang politik dan keamanan, hukum, ekonomi, serta sosial.
Politik dan keamanan mencatat peningkatan tertinggi yaitu hampir 10 persen. Dari 67,2 persen pada Januari 2021, kepuasan publik menjadi 77 persen pada April 2021. Pada tiga bidang lainnya, peningkatan sebesar 2-4 persen.
Meskipun terpaut 4 persen, kepuasan publik ini juga diikuti dengan keyakinan publik akan kemampuan kinerja pemerintahan Jokowi-Amin menjadi lebih baik lagi.
Mengutip peryataan Jokowi sendiri ketika mendapati hal-hal baik terkait penanganan pandemi, hal-hal baik terkait pemerintahan ini tidak perlu ditanggapi dengan optimisme berlebihan.
Pemerintahan belum berakhir dan tantangan masih banyak terbentang. Jangan dulu berpuas diri. Jangan merasa situasi sudah terkendali. Jangan merasa sudah aman.
Begitu pernyataan Jokowi soal penanganan pandemi yang relevan juga dengan temuan survei Litbang Kompas ini.
Soliditas pemerintahan dengan reshuffle kedua minggu lalu semoga menjadi tambahan kekuatan lantaran makin canggihnya para menteri menjadi politisi.
Salah satu menteri yang dilantik kembali membuktikan kecanggihan hal ini.
Dua tahun menjadi menteri dan ada dalam dua kali ancaman perombakan kabinet telah membuatnya bertransformasi menjadi politisi. Nadiem Makarim nama menteri ini.
Sate Bumbu Sianida
Soal nama, pekan lalu menjadi pekan pecahnya teka-teki terkait siapa pengirim sate lontong berbumbu yang membuat Naba Faiz Prasetya (10) meninggal dunia karena keracunan sianida yang dicampur dalam bumbu sate.
Nama pengirim sate itu adalah Nani Apriliani (25) atau Tika, pekerja salon di Yogyakarta asal Majalengka, Jawa Barat.
Naba adalah korban salah sasaran. Naba adalah putra kedua Bandiman, pengendara ojek online asal Sewon, Bantul, DI Yogyakarta.
Mengaburkan identitas, Nani memakai penutup kepala dan jaket meminta Bandiman yang berisitirahat di masjid di Mandala Krida mengirimkan paket makanan ke Tomy di Kasihan, Bantul.
Berdalih tidak punya aplikasi, Nani minta paket makanan kirimannya dikirimkan ke alamat dan meminta agar pengirim disebut sebagai Hamid dari Pakualaman, Yogyakarta.
Nani membayar Rp 30.000 untuk tarif yang disebut Bandiman Rp 25.000 pada Minggu (25/4/2021) usai shalat Ashar.
Bandiman menerima permintaan tanpa aplikasi karena sedang sepi pelanggan. Selama pandemi, situasi sepi ini ia hadapi.
Biasa dapat Rp 300.000, saat ini Bandiman hanya dapat Rp 100.000. Itu pun Bandiman harus kerja penuh sehari.
Paket makanan diantar Bandiman tetapi istri Tomy yang ada di rumah menolak menerima. Paket dibawa Bandiman pulang dan disantap bersama isteri dan anak keduanya, Naba.
Sate Membawa Petaka
Bandiman makan dua sate tanpa bumbu. Naba makan sate lalu dipotongkan lontong yang dilumuri bumbu. Begitu juga Titik, isteri Bandiman.
Seketika, Naba jatuh tertelungkup merasakan rasa pahit dan panas di tenggorokan. Titik muntah-muntah. Dari mulut Naba dan Titik, keluar buih dan segara keduanya dilarikan ke RSUD Kota Yogyakarta.
Naba yang baru pulang dari TPA tidak tertolong dan meninggal di perjalanan. Titik mendapat perawatan serius karena keracunan. Bandiman lemas mendapati situasi di luar dugaan.
Atas kejadian ini, Polsek Sewon bekerja sama dengan Polres Bantul kemudian mengungkap dan menangkap Nani, Senin (3/5/2021).
Sakit hati melandasi kejahatannya dan mencelakakan pihak yang tidak tahu menahu dan diminta menolongnya.
Tomy yang membuatnya sakit hati adalah seorang polisi di Polresta Yogyakarta. Tomy disasar karena telah pergi menikahi gadis lain setelah sebelumnya menjalin hubungan dengan Nani.
Sakit hati yang belum sembuh memunculkan rencana kejahatan dan mencelakakan. Orang dekat Nani bukan mengingatkan rencana jahat ini, tetapi justru memanas-manasi.
Nani dalam ancaman hukuman mati karena pembunuhan berencana ini.
Semoga masing-masing dari kita bisa memetik pelajaran dari tragedi memilukan ini.
Tuhan bersama Bandiman yang remuk redam hatinya karena kehilangan bungsu tersayang di tengah upaya gigihnya mencari penghidupan.
Oleh: Wisnu Nugroho