Ngaji Gus Baha: Pentingnya Memohon Doa

apahabar.com, JAKARTA – Menginginkan sesuatu tidak bisa sebatas menginginkan. Harus dilengkapi dengan permintaan kepada Allah. Sebab, semua hanya bisa terjadi atas kehendak Allah.

“Kalau Allah pengen membuatnya jadi zhalim gimana, kau mau apa? Kau jengkel sekali dengan orang fasiq, tapi jika Allah menghendaki ia bertobat, kau mau apa?” kata KH Bahauddin Nur Salim atau Gus Baha, seperti dikutip dari Laduni.id, Kamis (8/4).

Itulah mengapa sirri-nya (rahasia, red) agama itu adalah tawakkal (berserah diri, red), sampai Nabi yang sudah Nabi kekasih Allah saja berdoa:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Malamnya masih jima’ istri, besok paginya cerai. Siapa yang akan tahu? Karena itu di bab thalaq itu ada larangan “aja geman megat bojo sing mau bengi dijimak” (jangan  mencerai istri ketika tadi malam melakukan hubungan suami istri, red). Kalau manimu jadi, iddahnya panjang. Karena tidak ada yang bisa tahu.

Itulah mengapa ini penting. Seperti apa bencinya Nabi pada Wahsyi karena pembunuh paman Rasulullah, Sayyid Hamzah? Tapi malah Allah memberi hidayat pada Wahsyi. Sebab itu ada ayat:

لَيْسَ لَكَ مِنَ ٱلْأَمْرِ شَىْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ

Bukan urusanmu (Muhammad), soal hidayat itu bukan urusanmu.

Itulah mengapa seperti apapun shalehnya manusia, tetap diminta berdoa:

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

Lalu disuruh berdoa:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Kau boleh benci orang munafik, karena memang orang munafik itu parah berbelit-belit. Tapi dhawuh Allah begini:

لِّيَجْزِىَ ٱللَّهُ ٱلصَّٰدِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ ٱلْمُنَٰفِقِينَ إِن شَآءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ

“Kayak apa Allah benci dengan orang munafik? Tapi Allah masih ngendikan bisa saja aku menyiksa orang munafik, ketika Aku berkehendak, tapi bisa saja au yatuba (atau orang itu bertobat),” jelas Gus Baha.

Editor: