BORNEO online – Apa rencana paling optimis yang kamu miliki untuk masa depan?
Bisa jadi saat kamu memutuskan untuk pergi ke suatu tempat, Allah memutuskan untuk memperjalankan kamu ke sana juga. Bisa jadi, saat kamu memutuskan untuk masuk ke perguruan tinggi, Allah pun mengizinkanmu masuk ke perguruan tinggi itu. Bisa jadi, ketika kamu memutuskan untuk lulus lebih awal, ternayta Allah menghendakimu lulus lebih awal juga.
Jadi semuanya berjalan sesuai rencanamu. Semua itu artinya rencanamu diridhoi Allah atau rencanamu sesuai dengan apa yang Allah rencanakan untukmu.
Tapi terkadang rencanamu berbeda dengan kehendak Allah. Bisa jadi, kamu ingin bertahan dalam sebuah pekerjaan selama sepuluh tahun, tetapi nyatanya kamu malah dipecat setelah enam bulan. Atau bisa jadi, kamu mendaftar ke sebuah sekolah dengan proposal terbaik, tetapi tidak lulus. eh, malah orang-orang dengan proposal yang biasa saja justru diterima di sekolah itu.
Allah SWT berfirman:
إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا
“Kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: ‘Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini.’” (QS Al Kahfi: 24)
Ayat-ayat ini mengakui bahwa tidak semuanya akan berjalan sesuai rencana kita. kita memang harus membuat rencana. Kita masih harus berusaha, tetapi pada akhirnya, Allah lah yang akan memutuskan apakah rencana ini terwujud atau tidak.
“…Dan ingatlah Tuhanmu ketika kamu lupa…” (QS Al Kahfi: 24)
Itu merupakan bagian paling kuat dari ayat ini dan ini benar-benar salah satu pelajaran terindah dalam Alquran. Jika Muslim memahami ini, hidup mereka insya Allah menjadi lebih mudah:
“dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini.” (QS Al Kahfi: 24)
Kata-kata ini adalah doa. Dan lebih dari sekedar doa, itu adalah pernyataan optimisme.
Mari renungkan!
Pikirkan masa depan hanya dari penggunaan kata Arab “’asa” yang digunakan untuk mengungkapkan harapan. Allah mengajari kita semua dalam ayat tadi bahwa Muslim harus memiliki harapan di masa depan.
“Iman saya dan Alquran membuat saya optimis tentang masa depan. Saya tidak peduli apa yang diberitakan, saya tidak peduli apa yang terjadi kemarin dan hari sebelumnya… Saya tidak akan berada di antara orang-orang Muslim yang duduk di atas meja dan mengatakan bahwa situasi umat terus bertambah buruk. Segalanya menjadi jauh lebih buruk. Dan ada tragedi lain yang akan datang, saya jamin, lihat apa yang terjadi…” demikian pendakwah internasional, Nouman Ali Khan memaparkan gambarannya seperti dikutip dari laman About Islam.
Sikap ini secara langsung bertentangan dengan ayat ini, hanya pada kata “asa”.
Kamu seharusnya penuh optimisme dan berharap bahwa Allah akan membuat segalanya lebih baik untukmu, untuk orang-orang di sekitarmu, untuk kemanusiaan.
Lantas, apa yang harus kamu katakan tentang masa depanmu?
“Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini.”
“Semoga tuhanku membimbingku.”
Semua orang menginginkan pekerjaan yang lebih baik, situasi keuangan yang lebih baik, situasi keluarga yang lebih baik, situasi kesehatan yang lebih baik. Kita semua menginginkan semua hal ini.
Namun, tahukah kamu, apa hal paling mendasar yang kita butuhkan, yang lebih penting daripada oksigen yang kita hirup? Itu adalah tuntunan Allah.
Jadi begitu kamu memilikinya, semuanya akan berhasil. Tapi, jika kamu tidak memilikinya, kamu mungkin dapat memiliki yang lainnya tapi sesungguhnya kamu tidak memiliki apa-apa.
.
sumber : Islampos