Susah Punya Rumah

Pemuda di Indonesia Susah Punya Rumah? Ini Faktanya!

hancau – Beberapa waktu lalu sempat heboh pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani yang menyatakan pemuda Indonesia akan kesulitan beli rumah akibat gejolak perekonomian global yang menyebabkan suku bunga meningkat sehingga membuat bunga KPR tinggi.

Ternyata, hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Meningkatnya biaya hidup di Amerika Serikat (AS), termasuk biaya sewa tempat tinggal membuat sebagian pemuda AS memilih untuk kembali pulang ke rumah orang tuanya.

Tidak hanya para milenial, beberapa orang AS yang berusia 40-an dan 50-an juga ikut kembali ke rumah orang tuanya karena tidak kuat untuk membayar sewa tempat tinggal, listrik, makanan, gas dan lainya sebagainya akibat inflasi mencapai 9,1%.

Pernyataan ini didukung oleh survei Credit Karma yang menunjukan bahwa 29% orang berusia 18 dan 25 tahun melihat bahwa tinggal di rumah bersama orang tua atau kerabat adalah solusi perumahan jangka panjang.

Sebagian alasannya mengungkapkan bahwa kembali ke rumah orang tua membuat mereka dapat menabung untuk membeli rumah atau membeli tempat yang lebih besar ketika mereka menikah atau memiliki anak.

Ekonom di Institute for Public Policy Research, Shreya Nanda mengatakan penyebab hal ini adalah kombinasi antara melonjaknya harga perumahan dan upah yang tidak sebanding dengan biaya hidup yang terus meningkat.

“That, combined with a dysfunctional housing market and wages that haven’t kept up with the growing cost of living, explains why many people need to live with family again.” Shreya Nanda, Ekonom di Institute for Public Policy Research.

Salah satu penulis lepas berusia akhir 30-an di AS, Xian Horn memilih kembali tinggal bersama orang tuanya di New York sejak pandemi untuk menghemat makanan dan sewa.

Xian mengatakan keputusan itu akhirnya membuat dirinya dapat melunasi utang kartu kredit yang terus melonjak mencapai $1000 hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal, sebagai penulis lepas Xian mengaku hanya menghasilkan $1.000 hingga $1.100 dalam sebulan, bahkan terkadang tidak sama sekali.

Apakah Indonesia masih dikatakan lebih beruntung dari Amerika?

Editor: