Gus Baha

Penjelasan Gus Baha, Cara Agar Tidur Bernilai Ibadah

hancau – Salah satu aktivitas yang lazim dilakukan pada bulan Ramadhan adalah tidur. Selain puasa dan tilawah Qur’an, tidur merupakan salah satu kenikmatan orang yang berpuasa. Benarkah tidurnya orang berpuasa termasuk ibadah?

Tidur bisa bernilai ibadah. Bagaimana caranya? Simak penjelasan KH Bahauddin Nur Salim atau akrab disapa dengan Gus Baha.

Gus Baha menyebutkan tentang keutamaan tidur di hadapan para jemaah dan santrinya sebagaimana dilansir Sindonews yang mengutipi tsaqafah.id. “Tidurnya umatnya Rasulullah itu luar biasa. Utamanya tidurnya orang puasa dan ulama, tidurnya tasbih,” ucap Gus Baha.

Menurut Gus Baha, dengan tidur, kita mengetahui tanda atau alamat kematian. Apabila saat di dunia saja punya kondisi di mana kita tidak bisa menentukan diri kita sendiri, hal tersebut menjadi awal kita mengimani “La haulaa wa laa quwwata illa billah”. Bahwa segagah-gagahnya manusia, ternyata akan menemui sebuah kondisi di mana ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Gus Baha mengingatkan, bahwa sanad-sanad seperti ini mungkin luput. “Kamu lupa bahwa saat paling krusial dalam hidup adalah tidur. Sehingga disebut dalam QS Ar-Rum 23:

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.”

Itu hanya dari segi krusial gawat darurat, bahwa tidur mengingatkan setiap saat manusia bisa mati. Sementara dalam urgensi lainnya, tidur berperan melawan maksiat.

“Itu kalau kamu hidup di kota Demak atau Semarang, agar tidak kepikiran nightclub, perempuan-perempuan cantik di terminal, di jalan-jalan, itu satu-satunya cara adalah tidur. Kamu kalau melek, tetep jlalatan. Tak jamin,” pesan Gus Baha.

Gus Baha memberi penjelasan lewat kacamata ushul fiqih. “Dulu saya pernah musyawarah dengan Gus Ghofur tentang ushul fiqih,” cerita Gus Baha.

Dalam ushul fiqih ada makalah yang menyebut mubah itu tidak ada. Sebagian ulama berpendapat mubah itu tidak ada. Karena setiap mubah saat itu Anda pasti meninggalkan keharaman.

“Tidak ada kemubahan kecuali saat itu anda meninggalkan keharaman. Anda tidur, berarti anda tarkul ma’siyat (meninggalkan kemaksiatan). Tidak mencuri, tidak dugem, tidak berzina, tidak menggunjing orang dan lain lain,” lanjut Gus Baha.

Jadi anggap saja tidur kita seperti, “Ya Allah saya mau tidur, meninggalkan maksiat. Jadi Malaikat Rokib-‘Atid diberi tahu, ini bukan sekadar tidur. Ini akan meninggalkan maksiat. Hitung mulai sekarang. Anggap ini kiat meninggalkan maksiat. Tidur enam jam, akhirnya tidak maksiat enam jam meskipun akhirnya maksiat karena bangun jam tujuh. Artinya maksiat tidak Subuhan,” canda Gus Baha kepada para jamaah dan santri.

Melalui keutamaan tidur ini, Gus Baha juga menjelaskan betapa krusialnya peran ulama. Ulama lah yang mengajarkan bahwa tidur itu istirahat. Bahwa memulihkan kekuatan dan meninggalkan maksiat karena tidur itu juga ibadah.

“Yang bisa menganalisis itu siapa? Ya tentu adalah ulama. Ulama memiliki sanad Musalsal ila Rasulillah,” jelas Gus Baha.

Keutamaan tidur juga menjadi salah satu berkah umat Rasulullah. “Tidurnya umat Rasulullah itu luar biasa. Terutama tidurnya orang puasa dan tidurnya ulama,” papar Gus Baha.

Selain itu Gus Baha menyebut tidur itu adalah sesuatu yang sakral. “Mari mencoba melihat sejarah semua Nabi, di antara wahyunya melalui apa? Melalui tidur, melalui mimpi.” Oleh karena itu, mimpi ini harus dikelola dengan baik.

Gus Baha membagikan tips agar bisa mengelola mimpi dengan baik. Sebelum tidur, hendaknya berwudhu dahulu, membaca tasbih, dan meninggalkan semua dunia. Anggap saja ini adalah pemanasan kematian.

“Itu insya Allah mimpinya sip. Mimpi ketemu Dajjal, tidak ketangkap karena Dajjalnya kecebur kali. Kalau kamu tidak wudhu lalu tidak bisa tidur, malah makan dulu biar ngantuk, mimpinya dikejar Dajjal insya Allah ketangkap,” canda Gus Baha disambut tawa jemaah.

Editor: