hancau – Tragedi Palestina masih terjadi, gaungnya terdengar hingga ke Indonesia dan negara-negara lain di seluruh dunia.
Memicu segala kekesalan, hingga demonstrasi oleh seluruh umat beragama dan seluruh bangsa.
Disebut sebagai tragedi Palestina, karena memang itulah titik pangkal permasalahannya. Sesuatu yang sangat sederhana jika kita melihat tentang apa yang terjadi di sana. Perebutan tanah Palestina oleh Israel, itulah yang terjadi.
Israel adalah satu-satunya negara yang batas negaranya terus meluas setiap waktu.
Awal Mula Penjajahan di Palestina
Penjajahan di Palestina bermula sejak 9 April 1948. Di sebuah perkampungan bernama Deir Yassin di Palestina diserang oleh sekelompok teroris yahudi, mereka menghabisi sekitar 270 orang Palestina dan merebut wilayah tersebut.
Kelompok inilah yang kemudian menjadi tentara pertahanan Israel di kemudian hari yang disebut dengan IDF (Israel Defence Forces).
Kita bisa membahas banyak hal terkait tragedi Palestina, karena tragedi ini sudah berusia lebih dari setengah abad.
Segala sudut pandang dapat kita gunakan untuk berbicara tentang ini. Mulai dari politik, ekonomi, hingga agama.
Namun, sudut pandang agama yang seringkali digunakan oleh beberapa pihak untuk terus mengemukakan propaganda. Hal ini membuat keadaan semakin rumit.
Hal utama yang perlu kita garis bawahi, tragedi Palestina BUKANLAH KONFLIK AGAMA. Kenapa? Karena kita harus membedakan antara zionis dan yahudi.
Zionis adalah gerakan politik yahudi, namun tidak semua orang yahudi setuju kepada zionisme. Ini merupakan sebuah gerakan yang berbasis kepada etnisitas, lebih buruk daripada apartheid di Afrika Selatan.
Zionisme juga sebuah gerakan religiusitas yang bertujuan untuk menguasai tanah di Palestina yang konon katanya adalah tanah yang dijanjikan oleh Tuhan kepada mereka.
Gerakan politik yahudi ini memanfaatkan isu religiusitas dan etnisitas.
Pada tahun 1938, ada sebuah kelompok yahudi yang sangat ortodoks dan anti terhadap zionisme. Bahkan motto mereka adalah “Yahudi Bersatu Melawan Zionisme”. Kelompok itu bernama Neturei Karta.
Kelompok sejenis ini berkembang pesat, baik itu di Israel maupun di luar Israel.
Rachel Corrie
Sekadar menyegarkan ingatan, tentang seorang perempuan asal Amerika berdarah yahudi, bernama Rachel Corrie.
Pada awal tahun 2000 Rachel pergi ke Palestina untuk misi kemanusiaan, membantu orang-orang yang menjadi korban di sana.
Kejadian memilukan terjadi di tahun 2003, tepatnya tanggal 16 Maret.
Satu buah bulldozer milik Israel ingin menghancurkan sebuah rumah milik orang Palestina. Rachel berdiri tepat di depan bulldozer tadi, berusaha untuk menghalangi.
Namun malang tak dapat terelakkan, meskipun Rachel seorang yahudi tentara zionis tidak menghiraukan dirinya. Ia dilindas hingga wafat.
Beberapa surat dan catatan yang pernah ia tulis kemudian dikumpulkan dan dijadikan satu buku oleh sebuah penerbitan, berjudul “Let Me Stand Alone”.
Dia dianggap sebagai orang yang salah oleh orang-orang Israel, begitu pula oleh orang-orang yang satu ras dengannya, yaitu yahudi. Bahkan di Amerika, beberapa media menyalahkannya.
Yang berdiri untuknya, hanyalah ibunya. Ibunya menggugat Israel secara perdata, meskipun tentu saja dia kalah. Namun, itu tidaklah terlalu penting.
Ibunya ingin mengabarkan kepada dunia, bahwa anaknya berdiri pada jalan yang benar.
Tragedi Palestina Bukanlah Konflik Agama
Sekali lagi, ini bukanlah konflik antar agama. Namun, eksploitasi terhadap etnisitas dan religiusitas terlalu tinggi. Yang mana hal ini semakin memperburuk keadaan, kemudian membuat para yahudi terprovokasi untuk memerangi orang-orang di Palestina.
Bagaimana pun, salah satu dalil yang digunakan oleh zionisme bahwa itu adalah “tanah yang dijanjikan” untuk orang-orang yahudi. Baik secara ras mau pun agama.
Bagi yahudi ortodoks, tanah yang dijanjikan memanglah ada. Tapi, mereka berhak masuk ke sana setelah mesias membebaskannya di akhir zaman nanti.
Maka dari itu, kita sebagai pribadi termasuk penulis, semoga kita tidak terprovokasi bahwa ini seolah-olah masalah antara Islam dan yahudi. Sebagaiman kita juga tidak lagi mau dipropaganda dengan isu Islam dan Kristen yang mengakibatkan perang salib.
Semua agama mengajarkan kedamaian, tidak ada agama yang mendorong peperangan.
Sebagai orang Indonesia, tidak repot bagi kita untuk mencari alasan untuk membela Palestina. Sebab, yang terjadi di sana adalah penjajahan dan amanat pembukaan undang-undang dasar 1945 menyatakan bahwa kita anti kepada penjajahan.
Jerusalem yang hendak direbut oleh Israel yang merupakan tanah Palestina, itu adalah kota suci bagi 3 agama, Yahudi, Nasrani/Kristen, dan Islam. Di sana ada 3 situs suci bagi 3 agama. Ada tembok ratapan, jejak Yesus, dan Masjidil Aqsa.
Sumber: Jeda Nulis