BORNEO online, Hulu Sungai Utara – Para petani karet di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan menikmati keuntungan lumayan dari hasil jual produksi perkebunan karet milik mereka kepada Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan olah karet atau UPPB.
Sebagaimana dilansir dari laman Antara, Kepala seksi produksi perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Muhammad Kurnain di Amuntai, Jum’at membenarkan naiknya pembelian UPPB lebih baik ketimbang tengkulak/pengepul.
“Khususnya yang kadar air 50 persen harganya mencapai Rp9300 perkilo,” ujar Kurnain.
Kurnain mengatakan, harga jual karet ditentukan harga pasar Internasional sedangkan harga di tingkat petani dinilai dari kadar karet keringnya (K3) makin kering makin mahal.
Harga jual Rp9300 tersebut, terang Kurnain, khusus yang dijual petani melalui UPPB, sementara jika di jual diluar UPPB masih berkisar antara Rp7000 hingga Rp8000 karena K3 biasanya hanya 30% – 40% saja.
Kurnain menjelaskan, UPPB semacam gabungan kelompok tani (gapoktan) yg mempunyai tujuan untuk meningkatkan harga jual karet di petani dengan cara memperbaiki kualitas bokar petani, baik dari segi penggumpal lateksnya maupun kadar karet keringnya.
Dikatakan UPPB memiliki SOP dalam melakukan pembelian karet dari petani, sehingga harga disesuaikan dengan kondisi K3 produksi karet petani. Minimal karet yang dibeli sudah didiamkan selama tiga hari, sedangkan karet yang dijual kepengepul kadang yang dipanen hari itu juga.
Ia menjelaskan, harga dipasar Internasional cukup mempengaruhi harga jual karet,
Jika harga dipasaran internasional Rp. 18.000/ kg, maka bila karet petani berumur antara 3 – 7 hari disimpan kisaran k3 nya bisa 50%, maka harga karet dibeli seharga Rp. 9.000.
“Seringkali banyak terjadi harga rendah karena karetnya basah umur sehari dipanen langsung dijual sama airnya, jadi dinilai pembeli kisaran K3 nya hanya 30% atau hanya Rp5.400/kg.
Sementara, katanya, harga karet di dunia kerapkali berubah, harga tidak ditentukan oleh petani karet melainkan mengacu pada harga pasar Internasional.
Bahkan, katanya, informasi dari UPPB Kalsel dalam waktu dekat harga karet kembali turun. Penurunan harga terjadi diperkirakan sebesar Rp300 hingga Rp500/ kg mungkin dipengaruhi oleh situasi libur panjang Natal dan Tahun Baru.
“Diperkirakan Kamis Harga karet akan turun Rp 300-500/ Kg di seluruh pabrikan Indonesia,” kata Kurnain.
Salah seorang petani karet di Desa Pulau Damar Kecamatan Banjang Misrani mengaku sangat terbantu dengan adanya UPPB yang membeli karetnya dengan harga yang lumayan lebih bagus dibanding dijual ke pengepul.
“Mungkin tidak cukup dengan adanya UPPB kami berharap Pemda HSU bisa mancari terobosan atau solusi yang lain mengingat harga karet sangat dipengaruhi harga ditingkat Nasional dan Internasional,” kata Misrani.
Ia mengakui Dinas Pertanian Kabupaten HSU telah banyak memberi bantuan seperti mangkok sadap /pusau /talang pembeku latex, hanya saja ia berharap ada bantuan pupuk tanaman karet kedepannya karena sangat dibutuhkan juga oleh petani karet.
Berdasarkan data Dinas Pertanian HSU, saat ini luas lahan karet di Kabupaten HSU sekitar 1180 hektar paling banyak berada di Kecamatan Banjang tepatnya di Desa Pulau Damar dan Kecamatan Amuntai Utara tepatnya Desa Tayur dan Desa Tabing Liring.
Editor: Ghaf