Wanita Yang Paling Mulia

Wanita Yang Paling Mulia di Hadapan Allah

hancau.net – Pernah suatu waktu Rasulullah bertanya kepada para sahabat, “siapa wanita yang paling mulia?”

Para sahabat nabi bingung ingin menjawab apa. Dalam hati mereka, mungkin ingin menjawab yang salatnya bagus, atau mungkin yang puasanya rajin.

Semua yang ada di pikiran mereka hanya kemungkinan saja. Mereka semua kebingungan, menoleh kiri kanan tak mampu menjawab. Bahkan Sayyidina Ali pun tidak bisa menjawab. Semuanya pulang ke rumah masing-masing.

Fatimah Az-Zahra

Sesampainya di rumah, Sayyidah Fatimah Az-Zahra bertanya kepada suaminya, “wahai suamiku, apa yang engkau dapat dari ayahanda?”

Sayyidina Ali menjawab, “kami dapat banyak, hanya saja kami juga dapat pertanyaan yang kami semua tidak bisa menjawab.”

“Pertanyaan apa?” tanya Fatimah lagi.

“Wanita yang paling mulia itu seperti apa?” tanya Sayyidina Ali.

“Aku yang punya jawabannya,” ungkap Fatimah.

Fatimah Az-Zahra berbisik, seketika itu wajah Sayyidina Ali berseri-seri dan matanya berbinar-binar.

“Aku menemukan jawaban, pasti aku nanti dibanggakan oleh Rasulullah karena sudah memiliki jawabannya,” katanya dalam hati.

Keesokan harinya, ketemu lagi dengan Rasulullah karena sudah punya jawabannya.

Para sahabat nabi masih bingung, tiba-tiba Sayyidina Ali berkata, “aku punya jawaban ya Rasulullah”

“Wanita yang paling bagus adalah yang tidak pernah melihat laki-laki dan tidak pernah dilihat oleh laki-laki,” jawab Sayyidina Ali.

Rasulullah paham siapa yang memberitahukannya. Namun Rasul tetap bertanya kepada Ali, “Siapa yang memberitahumu?”

Dengan tersipu malu, Sayyidina Ali menjawab, “yang memberi tahu tentu orang yang paling dekat denganmu ya Rasulullah, Sayyidah Fatimah Az-Zahra.”

Tidak melihat dan tidak dilihat oleh laki-laki tidak bisa dimaknai secara harfiah. Namun ia memiliki makna, bahwasanya ketika dilihat oleh laki-laki ia mampu menjaga hati. Ketika melihat laki-laki dirinya tidak merasa penasaran.

Wanita mulia adalah ketika dirinya dilihat oleh laki-laki merasa ‘tidak nyaman’. Malu jika dilihat, dan akan merasa risih. Itulah iman di dalam hatinya.

Sayyidah Fatimah Az-Zahra adalah gambaran sempurna dari apa yang disebut ‘Wanita Mulia’. Hingga suara pun dijaganya, dan rasa malunya sangat tinggi.

Fatimah Menangis

Pernah suatu ketika berada di depan kamar, di depan rumah bersama Asmah binti Umais. Di saat itu ada jenazah yang lewat, tiba-tiba Siti Fatimah menangis.

Asmah pun bertanya, “Ada apa kiranya hingga engkau menangis seperti itu?”

Setelah reda tangisannya, Siti Fatimah pun menjawab, “aku menangis, aku nanti pasti akan mati. Namun bukan masalah kematian yang aku risaukan, tapi aku tidak ingin nanti seperti itu.”

“Ada apa dengan dia?” tanya Usmah

“Lihat… semua orang yang meninggal akan diperlakukan seperti itu, dibungkus dengan kain kafan, lalu diangkat di kepalanya manusia-manusia, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat. Alangkah malunya aku nanti jika aku mati lalu diangkat di atas kepala manusia, lalu lekuk tubuhku terlihat,” ucap Sayyidah Fatimah Az-Zahra.

“Wahai Fatimah, waktu aku di Habasyah, aku melihat jika ada orang yang meninggal, dibuatkan satu kotak kemudian mayat dimasukkan ke dalam kotak, kemudian di tutup pelepah kurma, sehingga tidak kelihatan,” cerita Asmah.

Mendengar jawaban seperti itu, Sayyidah Fatimah Az-Zahra sangat senang dan menyambut dengan kegembiraan. Ia pun berwasiat, “wahai Asmah… jika aku mati nanti, tolong dibuatkan aku seperti itu.”

Ketika Sayyidah Fatimah Az-Zahra meninggal, Asmah sendiri yang membuatkannya untuk Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Inilah pertama kali orang yang memakai keranda di dalam Islam ialah Sayyidah Fatimah Az-Zahra.

Namun bukan masalah siapa yang pertama kali memakai keranda, tapi kita harus tahu maksudnya apa. Maksudnya ialah menjaga kehormatan. (fix)

Sumber: Buya Yahya

Editor: