Tradisi Ramadan di Masa Daulah Utsmaniyah Turki, Apa Anda Tertarik?

apahabar.com, BANJARMASIN – Ada tradisi menarik selama Ramadan pada masa Daulah Utsmaniyah Turki.

Di antaranya, warga beramai-ramai membantu sesama yang memiliki hutang untuk segera dilunasi.

Mengutip dari instagram osmanlimedia berdasarkan dalam Bab Society dan Popular Culture, Donald Quataert dalam bukunya “The Ottoman Empire 1700-1922”.

Pada masa kekuasaan Daulah Utsmaniyah entah itu yang ada di pusat kepemimpinan Istanbul, maupun wilayah bagian lainnya.

Meriam ditembakkan pemerintah kota sebagai awalan/penanda untuk memudahkan mengetahui dimulainya 1 Ramadan.

Dari peningkatan subsidi dan bantuan makanan bagi kaum fakir miskin mulai diberlakukan secara khusus pada masa-masa berlangsungnya Ramadan.

Selama Ramadan sekolah pun juga diliburkan. Namun, ada saat para siswa dikoordinir oleh pihak sekolah untuk berkunjung ke desa-desa melakukan kerja sosial atau berbagi makanan.

Tak hanya sekolah, kantor-kantor pemerintah juga mengatur ulang jadwal sehingga pekerjanya tetap bisa memaksimalkan ibadah saat Ramadan.

Jika ada kesempatan orang-orang yang tergolong mampu dan memilik harta lebih biasanya akan mengunjungi mereka yang masih kurang mampu untuk menanyakan apakah mereka ada hutang.

Dan jika ada maka akan dilunasi meskipun di antara meraka tidak saling mengenal.

Saat masuk waktu ifthar (berbuka puasa) tiba maka hampir semua rumah warga di Istanbul utamanya, akan membuka pintu rumah mereka sebagai tanda bahwa siap menerima tamu yang kurang mampu untuk berbuka bersama.

Waktu siang hari juga ada penertiban tempat makan dan minum oleh petugas keamanan Utsmaniyah.

Bahkan non muslim juga diharuskan untuk menghormati umat Islam yang sedang berpuasa dengan tidak diizinkan makan dan minum di tempat umum.

Pada saat itu laki-laki dan perempuan juga dilarang jika hanya berjalan berduaan. Meski yang dijatuhkan atau tidak, imam atau tokoh agama yang berperan memberi pengarahan.

Dari Niki Gamm seorang jurnalis asal Istanbul melansir ulasan para pelancong Eropa yang sempat singgah di wilayah kekuasaan Turki Utsmani antara abad ke-17 hingga 19 M dalam tulisan “Ottonom Ramadan Through Foreigners’ Eyes”.

Edmodo de Amicis dan Lady Dorina Neave sama-sama menyebut Ramadan di Istanbul sepi pada siang hari dan ramai saat malam, kios-kios penjual makanan dan minuman juga tutup.

Meski bukan muslim, mereka mengungkapkan bahwa tak disuguhi makanan oleh siapapun saat pertama kali tiba di Istanbul saat siang hari bulan Ramadan. Nah, apakah tertarik untuk mengikutinya?

Penulis: Triaji Nazulmi

Editor:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *