Sekolah Tatap Muka, Masih Menunggu Keputusan Plt Wali Kota Banjarmasin

BORNEO online, Banjarmasin – Darurat Pandemi Virus Corona atau Covid-19 memang secara resmi belum dicabut. Skenario Sekolah tatap muka di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) masih samar.

Memang Dinas Pendidikan (Disdik) Banjarmasin menargetkan beroperasinya minggu kedua November 2020 mendatang.

Akan tetapi, keputusan tersebut menunggu persetujuan Plt Wali Kota Banjarmasin Hermansyah.

“Belum ada rencana buka lagi. Masih ada persiapan dan persetujuan Plt Wali Kota Banjarmasin,” ujar Kepala Disdik Banjarmasin Totok Agus Darmanto, dikutip apahabar.com, Senin (02/11/2020).

Mekanisme sekolah tatap muka ini harus menanti persetujuan lembaga pendidikan.

Jadinya, setiap orang tua murid diberikan dua formulir yang berbeda. Satu berupa formulir yang isinya setuju, dan kalau setuju maka formulir dibawa pada saat masuk sekolah.

Sisanya formulir berupa kuisioner yang ada pilihan setuju atau tidak setuju yang diisi langsung secara online oleh orang tua siswa.

“Dari 35 SMP di Banjarmasin, banyak yang setuju sekolah tatap muka,” ucap Totok.

Totok menjelaskan proses belajar tatap muka ini perlu dukungan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk penerapan protokol kesehatan.

Di ruangan kelas dilakukan penataan dan diberi jarak antara kursi siswa dan lainnya.

Ketentuan tersebut berdampak kepala seluruh siswa. Disdik membatasi sekitar 50 persen dari total kapasitas siswa.

loading...

“Jarak ini diusahakan 1,5 meter dengan maksimal jumlah 18 siswa per kelas,” ujar Totok lagi.

Melihat itu, Totok menjelaskan bahwa tak seluruh sekolah yang menjadi favorit di kota berjuluk Seribu Sungai.

Terdapat beberapa sekolah yang kondisi muridnya sangat minim. Lokasi sekolah ini berada jauh dari pusat kota.

Dengan begitu, Totok berkata, lembaga pendidikan harus mempunyai mekanisme tersendiri dalam kajian belajar tatap muka.

Sistem yang dianjurkan berupa shift atau bergantian. Disdik memberikan kewenangan tersebut kepada sekolah untuk menentukan.

“Kondisi sekolah berbeda, kalau satu kelas muridnya hanya 20, saya kira masih bisa dilaksanakan tanpa perlu shift,” imbuhnya.

Lebih jelas, waktu belajar tatap muka dalam satu hari di sekolah turut dipotong untuk menetralisir penularan Covid-19.

Siswa hanya perlu belajar sekitar 5 jam setiap hari dari Senin hingga Sabtu. Dari pukul 08.00 sampai 12.00 Wita.

Catatannya siswa dan tenaga pengajar perlu menerapkan protokol kesehatan selama pembelajaran tatap muka berlaku.

“Teknisnya nanti dari Gugus Tugas karena perlu melibatkan stakeholder yang lain,” pungkasnya.

Editor: