covid-19

Cerita Pilu Penyintas Covid-19 di Banjarmasin

Ujian yang dialami MA tak sampai di situ. Ayah dan ibunya juga meninggal dunia. Ibunya wafat pada 7 Mei, dan
disusul ayahnya yang berpulang pada 16 Mei 2020.

Ibunya bergejala sesak napas. Walau ia tidak pernah terus terang kalau sedang sesak, tapi MA bisa menyadari dari frekuensi napas serta otot bantu pernapasan yang tidak normal. Sementara ayahnya mengalami demam tinggi ditambah badan lemas.

“Saya berinisiatif membawa mereka ke rumah sakit, saya sudah kontak dengan pihak rumah sakit tempat saya bekerja untuk disiapkan 4 tempat tidur di ruang isolasi untuk kami berempat masuk, tetapi ibu saya menolak,” imbuhnya.

Ia pun terpaksa hanya bisa memberikan obat-obatan yang dikonsumsi di rumah dan keperluan oksigen untuk keduanya. Lalu, pada Kamis 7 Mei 2020 pukul 04.00, ibunya wafat di rumah dalam status Orang Dalam Pemantuan (ODP).

“Saya menelepon ambulans untuk menjemput jenazah beliau dengan APD level 3. Walau jenazah ibu masih berstatus ODP tapi saya khawatir nantinya kalau menularkan ke warga sekitar dan famili saya kalau di kemudian hari hasil PCR nya positif,” ucapnya.

Terhitung tanggal 7 Mei 2020, MA tidak bisa mengantarkan jenazah ibunya lagi ke pemakaman karena pada waktu yang sama dia harus mengantarkan ayahnya ke IGD.

Berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan rontgen paru, ada pneumonia yang khas ke arah Covid-19 pada tubuh ayahnya. Ayah MA pun yang berusia 78 tahun dalam keadaan lemah, sehingga mengharuskan ada pendamping yang ikut masuk ke ruang isolasi yang kemudian wafat pada 16 Mei.

“Saya juga tidak bisa mengantarkan jenazah beliau ke liang lahat. Ayah dimakamkan bersebelahan dengan makam ibu dan kakak, ucapnya.

Dari segala yang dia alami, MA bukannya tidak menerima riisiko. Ia juga ikut terpapar Covid-19. Sempat dirawat selama 27 hari di ruang isolasi rumah sakit rujukan pasien Covid-19. Tapi beruntung, karena MA bisa.

“Virus ini nyata, sangat berbahaya dan dengan sangat mudah menular melalui droplet ataupun benda-benda yang terkontaminasi oleh droplet dan cairan tubuh penderita Covid-19,” ungkapnya.

Dia pun meminta kepada masyarakat untuk tidak meremehkan Covid-19.

“Jangan keluar rumah kecuali terpaksa sekali. Gunakan masker, jaga jarak aman (social distancing) dan hindari kerumunan orang serta tidak memasuki area yang dinyatakan sebagai zona merah oleh pemerintah,” katanya.

MA juga meminta agar masyarakat dapat saling mengingatkan dan menguatkan dalam situasi pandemi seperti sekarang ini.

Dia juga mendesak agar pemerintah membuat SOP penanganan Covid-19 di tingkat RT/RW sebagai langkah konkret penanganan virus tersebut. Misalnya, seperti SOP cara mengantar warga yang dicurigai menderita Covid-19 yang masih berada di rumah, aturan melakukan isolasi mandiri di rumah, SOP tentang apa yang harus dilakukan oleh ketua RT apabila ada warga yang melakukan isolasi mandiri di rumah, dan penanganan
jenazah warga di rumah yang dicurigai meninggal karena Covid-19.

Dia mengatakan peranan ketua RT sangat penting dalam menjelaskan kepada warga tentang cara-cara penularan Covid-19 agar tidak timbul ketakutan berlebihan apabila ada salah satu warga di suatu kampung yang terinfeksi virus tersebut.

“Bagi yang mendapatkan cobaan seperti keluarga kami, janganlah berkecil hati. Bersabar, berdoa dan berikhtiar merupakan langkah terbaik yang bisa dilakukan di tengah kepanikan warga sekitar. Kita tahu bagaimana kesabaran Nabi Ayyub AS saat menghadapi cobaan penyakit yang dideritanya,” ujarnya.

Editor: