Inilah Percakapan yang Membuat Kaisar Romawi Ingin Membasuh Kaki Rasulullah SAW 

apahabar.com, BANJARMASIN – Kaisar Romawi, Heraclius pernah mengungkapkan kekaguman kepada Rasulullah SAW. Bahkan, dia bersedia membasuh kaki Sang Nabi jika dipertemukan.

Hal itu diungkapkan Syekh Yusuf bin Ismail An Nabhani dalam kitab Jami’ Karomatil Auliya yang kemudian diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan judul “154 Mukjizat Muhammad dan Karomah Sahabat”.

Ungkapan kekaguman Kaisar Heraclius itu disaksikan langsung Abu Sufyan bin Harb yang saat itu masih menjadi musuh Islam.

Peristiwa itu terjadi ketika rombongan dagang kamu Quraisy yang berkunjung ke Romawi menemui sang kaisar.

Saat itu terjadilah dialog langsung antara Abu Sufyan dan Kaisar Heraclius, sebagaimana diceritakan kepada Ibn Abbas RA:

Suatu saat disampaikanlah surat dari Nabi SAW kepada Heraclius, dia bertanya, “Apakah ada seseorang dari kaum laki-laki yang mengaku sebagai nabi ini?”

Mereka menjawab, “Iya. Aku pun memanggil sekelompok orang Quraisy, kemudian kami menemui Heraclius dan duduk di hadapannya.

“Siapa dari kalian yang mengaku paling dekat nasabnya dengan laki-laki itu?” tanya Heraclius.

Abu Sufyan menjawab, “Saya.”

Setelah tau akan hal itu Abu Sufyan diminta maju ke hadapan Heraclius, setelah itu ia memanggil penerjemahnya untuk bertanya tentang Nabi Muhammad.

“Bagaimana kedudukan Nabi Muhammad di tengah mereka (kaum Quraisy)?” tanya Kaisar melalui penerjemahnya.

“Ia orang terhormat,” jawab Abu Sufyan.

“Apakah kakek moyangnya ada yang menjadi raja?”

“Tidak.”

“Apakah kalian pernah menuduhnya berdusta sebelum ia mengaku sebagai Nabi?”

“Tidak.”

“Apakah pengikutnya orang-orang terpandang ataukah orang-orang lemah?”

“Dari orang-orang yang lemah.”

“Apakah mereka bertambah ataukah berkurang?”

“Mereka bertambah.”

“Apakah ada seorang yang murtad dari agama nabi ini karena marah kepadanya?”

“Tidak.”

“Apakah kalian memeranginya?”

“Iya.”

“Bagaimana peperangan itu?”

“Peperangan itu silih berganti, kadang dia yang menang dan kadang kami yang menang.”

“Apakah ia pernah curang?”

“Tidak.”

“Apakah sebelumnya ada seseorang yang mengucapkan seperti yang ia ucapkan?”

“Tidak.”

Tak sekadar bertanya, di balik pertanyaan yang dilayangkan Kaisar Heraclius ternyata memilik makna.

Ia bertanya tentang kedudukan di antara kaumnya karena Heraclius menduga bahwa Nabi Muhammad adalah orang terhormat.

Kemudian ia bertanya soal kakek moyangnya apakah seorang raja, karena misalnya itu benar Nabi Muhammad hanya lelaki yang menuntut kekuasaan leluhurnya, namun itu dibantah oleh Abu Sufyan.

Ketiga, ia bertanya tentang pengikutnya, apakah dari orang-orang lemah. Lalu Abu Sufyan membenarkan tentang hal itu, Heraclius pun menegaskan bahwa itulah para pengikut Rasul.

Lalu ia bertanya soal apakah ada yang pernah menuduhnya telah berdusta sebelum Rasulullah mengaku sebagai Nabi, Abu Sufyan tidak membenarkan tentang hal itu.

Maka dari itulah, Heraclius percaya bahwa Nabi Muhammad yang tidak berdusta kepada manusia, tentulah tidak berdusta kepada Allah.

Setelah itu, Heraclius bertanya tentang apakah ada dari pengikut Nabi Muhammad yang murtad karena membencinya, kemudian Abu Sufyan mengatakan tidak. Maka dari situlah, kata sang kaisar, jikalau iman telah mengakar di dalam hati.

Lanjutnya bertanya tentang para pengikutnya bertambah atau berkurang, hal inipun dikatakan bertambah oleh Abu Sufyan, dari hal itu Heraclius akhirnya tahu bahwa jika iman telah menjadi sempurna.

Heraclius bertanya soal apakah para kaum Quraisy memerangi Nabi Muhammad, Abu Sufyan mengindahkannya dan petarungan itu terjadi silih berganti, terkadang pasukan Rasulullah yang menang, dan kadang dimenangkan lawannya.

Demikian dari hal itu Heraclius tahu bahwa para rasul itu diuji kemudian mendapat balasannya.

Kaisar Romawi itu juga bertanya tentang perihal apakah Nabi Muhammad pernah berbuat curang, Abu Sufyan lagi-lagi mengatakan tidak. Dari jawaban tersebut Heraclius telah mengetahui bahwa para Rasul memang tak pernah curang.

Heraclius bertanya lagi, kali ini tentang apakah ada seseorang selain Rasulullah yang mengaku dirinya Nabi, Abu Sufyan pun menjawab tidak ada.

Maka dari jawaban tersebut Heraclius mengetahui jika saja ada yang mengaku selain Nabi Muhammad, mungkin Rasulullah hanya orang yang membebek kepada ucapan orang sebelumnya.

Ternyata tak berakhir sampai disitu, Heraclius bertanya lagi kepada Abu Sufyan, “Apa yang ia perintahkan kepada kalian?”

Abu Sufyan pun menjawab, “Ia menyuruh kami untuk shalat, zakat, menyambung silaturahim dan berbuat iffah (menjaga diri).”

Mengetahui hal tersebut, Heraclius pun sebenarnya telah mengetahui tentang akan datang seorang Nabi, namun ia tidak menyangka bahwa itu bagian dari kaum Quraisy.

Mendengar tentang itu Kaisar Romawi itu pun berandai-andai, “Jika aku tahu bahwa aku setia kepadanya, pastilah aku senang bertemu dengannya. Andai aku berada di sisinya, niscaya akan kucuci kakinya, dan kerajaannya akan sampai di bawah kakiku.”

Penulis: Triaji

Editor:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *