Mau Buka Usaha di Ramadan? Ini Rahasia Sukses Berdagang Ala Rasulullah

apahabar.com, BANJARMASIN – Banyak orang yang memanfaatkan Ramadan untuk membuka usaha, namun tidak banyak yang tahu bagaimana agar usahanya sukses meraup laba plus pahala.

Ir. Adiwarman Azwar Karim, SE., MBA., MAEP atau yang lebih dikenal Dr. Adiwarman Karim seorang ahli tentang akademisi dan praktisi ekonomi syariah mengungkapkan rahasia sukses membangun usaha ala Rasulullah.

“Ketika Abdurrahman bin Auf hijrah dari Makkah ke Madinah enggak bawa apa-apa, padahal beliau adalah seorang pedagang yang sukses yang hebat tapi sampai Madinah enggak punya apa-apa karena cuman Badan sama yang dibadan doang,” terangnya seperti dikutip dari kanal youtube Aksi Inspirasi, Rabu (21/4).

“Oleh Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan seorang dari kaum Anshar yaitu Sa’ad bin Rabi’. Apa kata Sa’ad bin Rabi’kepada Abdurrahman bin Auf. Dia mengatakan, ‘Ya Abdurrahman ini saya punya harta kita bagi dua dah, ini ada rumah bagi satu buat saya, satu buat ente (kamu)’,” kata Dr. Adiwarman mengisahkan.

Sa’ada bin Rabi RA juga mau membagi dua kendaraannya, bahkan dia mau memberikan satu istrinya pada Abdurrahman bin Auf RA. Begitu tingginya tingkat keimanan Sa’ad bin Rabi.

“Dan tingkat imannya Abdurrahman bin Auf nggak kayak kita. Kalau kita dibilang begitu, kita bilang apa tuh Alhamdulillah wa Syukurillah ente (kamu) emang baik banget dah,” kata Dr. Adiwarman.

Abdurrahman bin Auf ketika ditawarkan Sa’ad bin Rabi, ia berkata, “Terima kasih banyak ya Sa’ad mudah-mudahan Allah memberkahi keluargamu dan Allah memberkahi hartamu. Tunjukkan aku dimana pasar.”

Sesampai mereka di pasar, Abdurrahman bertanya kepada Sa’ad, “Ini pasarnya siapa?”

Dijawab Sa’ad, “Ini pasarnya Yahudi.”

Lalu seketika Abdurrahman melihat depan pasar Yahudi itu ada yang kosong, dan bertanyalah dirinya kepada Sa’ad, “Ini tanah kosong punya siapa ya Sa’ad.”

“Punya saya,” kata Sa’ad.

Mendengar hal itu, Abdurrahman berkata, “Sudah ini kita jadiin pasar.”

“Bagaimana caranya?” tanya Sa’ad.

“Sudah tenanglah,” jawab Abdurrahman.

“Orang yang berjualan di pasarnya Yahudi orang disuruh nyewa lapak, sedangkan Abdurrahman bin Auf itu tanahnya Sa’ad bin Rabi’ dipatok-patok dijadiin itu lapak-lapak, enggak nyewa,” cerita Dr. Adiwarman.

“Kaum muslimin silakan jualan aja di sini kalau untung bagi hasil,” ungkapnya.

Hal itu, kata Dr. Adiwarman, dikarenakan saat kaum Muhajirin yang pindah berjualan tidak membawa harta. Jadi kalau disuruh bayar sewa tidak sanggup, dan perintahkan untuk menjalankan usahanya terlebih dahulu, jika untung maka akan bagi hasil. Begitulah sebabnya ekonomi di Madinah mulai naik.

“Seorang sahabat pada waktu itu datang kepada Rasulullah, Ya Rasulullah. Kami ini dagang untungnya kecil sedangkan orang-orang Yahudi dagang untungnya besar bersama-sama di Madinah nih,” cerita Dr. Adiwarman.

Dalam penuturan yang dikisahkan Dr. Adiwarman, Nabi pun mendengar hal itu kaget mengapa bisa begitu, sedangkan barang yang dijual sama namun mengapa bisa orang Yahudi untung lebih besar.

Para sahabat menjawab, “Kami kalau berdagang mengikuti cara berdagangmu ya Rasulullah.”

Mendengar hal itu Rasulullah SAW pun kaget lagi dan bartanya, “Bagaimana caranya.”

“Kami kalau berdagang jujur, kalau orang mau beli satu kilo saya enggak ngurangin timbangan tetap satu kilo, kalau mau beli satu meter tetap satu meter gak ngurangin ukuran. Sedangkan orang Yahudi kalau dagang curang, mengurangi timbangan, mengurangi ukuran makanya labanya untungnya gede sedangkan kami untungnya kecil,” cerita Dr Adiwarman.
Jawaban yang didapat para sahabat pun tidak terduga. Nabi berkata, “Cara kalian berdagang salah.”

“Maukah aku beritahu bagaimana cara berdagang yang benar? Rasulullah SAW mengatakan kalau ada orang mau beli ente (kamu) jangan kurangin ente (kamu) lebihin,” terang Dr. Adiwarman.

Sontak, hal itu membuat orang-orang yang biasa di pasar Madinah orang Yahudi berpindah ke pasar orang Muslim.

Karena yang pertama, kata Dr. Adiwarman orang yang membeli di pasar tersebut berpesan ke orang lainnya bahwasanya jika berbelanja di pasar orang Islam satu kilonya berat, tetapi kalau tempat orang Yahudi satu kilonya jelek.

“Terus rahasia keduanya ialah ketika pedagang pada zaman Rasulullah SAW secara tidak langsung saat melebihkan timbangkan, maka akan dihitung sedekah,” ujar Dr. Adiwarman.

Ada 2 pelajaran penting yang dikisahkan Dr. Adiwarman, yakni:

1. Berbisnis jangan curang
2. Jika berbisnis perbanyak sedekah, untuk mengejar berkah Allah Ta’alla

Sebagaimana doa sebelum makan, kata Dr. Adiwarman, “Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka.”

Adapun kesimpulan yang dijabarkan oleh Dr. Adiwarman jika ingin bisnis sukses, di antaranya:

1. Jujur (Sidiq dan Amanah)
2. Cerdas (Fathonah dan Tabligh)
3. Mencari Berkahnya Allah Ta’alla, sebagaimana dalam potongan dari sebuah hadits:
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).
4. Mensyukuri keberadaan manusia lainnya yang digerakkan oleh Allah Ta’ala agar bisa sukses sebagaimana dalam sebuah hadits:

“Siapa yang tidak mensyukuri manusia, maka dia tidak mensyukuri Allah.” (HR. Abu Daud dan At-Turmuzi).

Penulis: Triaji

Editor:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *