Beda Membatalkan dan Merusak Puasa, Awas Pahala Bisa Tekor!

apahabar.com, BANJARMASIN – Membatalkan dan merusak puasa menurut Ustaz Adi Hidayat Lc MA berbeda.

Hal yang merusak puasa patut diketahui, jangan sampai pahala puasa tekor, padahalkan baru memasuki hari ke-5 Ramadan.

Ustaz Adi menjelaskan, Nabi Muhammad SAW bersabda, ada sejumlah perbuatan yang dapat merusak puasa.

Di antaranya berkata kotor, berlaku bodoh atau bertindak yang tidak pantas, berselisih atau provokasi, mencaci atau mencela, hingga berbohong atau membuat hoaks.

Ustaz Adi menyampaikan dalam hal ini, tantangan konsumtif atau yang bersifat biologis tak disampaikan secara spesifik.

Lantaran tantangan konsumtif hingga biologis disebut hal yang membatalkan puasa.

Sementara tantangan yang disebut perusak puasa adalah yang bersifat tidak disadari hingga akhirnya mampu merusak pahala puasa bagi orang yang melakukannya.

“Ada bedanya membatalkan dan merusak. Kalau membatalkan, seketika puasanya gugur mesti diganti di hari lain. Kalau yang merusak belum tentu puasanya batal. Seseorang merasa puasanya masih lanjut padahal rusak. Artinya pahalanya berkurang karena dikurangi oleh perbuatan-perbuatan buruk ini,” kata Ustaz Adi.

Karenanya Ustaz Adi menyampaikan, puasa memang bermakna menahan diri dari hal-hal yang membatalkan sejak terbit fajar (waktu subuh) hingga terbenam matahari (waktu magrib).

Namun, bagi umat muslim yang menjalankan puasa tidak hanya melakukan itu saja.

Seorang muslim sedianya harus waspada terhadap hal-hal yang dapat merusak pahala puasa.

“Contoh berkata kotor atau jorok, gibah, gosip, dan seterusnya. Bayangkan mengerjakan keburukan ini pahalanya dikurangi 25%. Kemudian kalau mencaci dikurangi lagi 25%, saling mencela kurangi lagi 25%, bikin hoaks atau buzzer hoaks dipotong lagi 25%,” kata Ustaz Adi.

“Jadi awas, hati-hati, profesi di Ramadan dosanya bisa berlipat. Anda bayangkan kalau mengerjakan empat keburukan ini saja, 100% pahala habis. Gak dapat apa-apa. Apalagi kalau ditambah lagi dosa lainnya. Makin minus pahalanya,” lanjut Ustaz Adi menjelaskan.

Ustaz adi juga menyampaikan, seorang muslim yang berpuasa hendaknya berhati-hati agar upayanya menahan diri sejak subuh hingga magrib tidak sia-sia.

Secara umum, orang tersebut mesti mengendalikan hawa nafsu.

Bahkan lebih baik diam demi menghindari perkataan dan perbuatan yang percuma. Sebab berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW: “Betapa banyak orang-orang yang berpuasa tidak mendapatkan balasan kecuali lapar dan haus.” (HR. Ath-Thabrani).

“Sudah tahan lapar, sudah haus gak minum, udah gitu nambah dosa. Ini lah mungkin yang dimasudkan Nabi Muhammad SAW yang menyebut, tidak sedikit nanti orang berpuasa karena tidak bisa menghadapi tantangan dengan baik, dia tak mendapat apapun dari puasanya kecuali lapar dan haus saja”. Ini lah yang paling bahaya,” kata Ustaz Adi.

Oleh karenanya menurut Ustaz Adi, sudah sepatutnya umat muslim mengetahui apa saja perbuatan yang dapat merusak pahala puasa Ramadan.

Sebab Nabi Muhammad SAW bersabda: “Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengucapkan ucapan kotor, dan jangan pula bertindak bodoh, jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa,” (HR. Al Bukhari).

“Jadi rumus cepat menghadapi ini semua, Nabi SAW cuman memberikan satu kalimat saja. Kata Nabi Muhammad SAW, kalau Anda dihadapkan pada hal yang seperti ini, katakan pada diri kita ‘Saya sedang puasa’. Kalau perlu diulangi. Hal ini untuk menguatkan supaya kita ingat sedang puasa jangan sampai gugur, jangan sampai hilang pahala, jangan sampai batal,” ujarnya.

Sumber: Newswire

Editor:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *